-->

Terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia, Dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia

Selain perjuangan-perjuangan yang terjadi di beberapa daerah, pada kurun ke-19 timbul semangat nasionalisme yang ketika itu berkembang di beberapa negara jajahan. Nasionalisme yang terjadi pada ketika penjajahan, menimbulkan bermacam-macam kekerasan dalam bentuk perang untuk menentang penjajah. Sehingga beberapa tempat di Indonesia yang dipimpin oleh tokoh- tokohnya satu per satu melakukan perlawanan. Tidak sedikit di antara mereka yang memperjuangkan tanah air untuk mencapai kemerdekaan hingga rela mengobankan nyawanya. Karena itu, atas jasa-jasanya kita perlu menghormati dan mengenangnya. Mereka itu ialah pejuang tangguh yang dianugerahi gelar jagoan nasional oleh pemerintah Indonesia.

A. Lahirnya Nasionalisme di Beberapa Negara Asia-Afrika


Deskripsi wacana bentuk perlawanan bangsa yang dijajah pada biasanya sudah kalian pelajari di kelas sebelumnya. Saat ini kita akan membahas munculnya perilaku kepedulian pada identitas dan martabat bangsa yang terjajah, alasannya hal ini penting dan mempunyai imbas besar pada gerakan kebangkitan bangsa.

Nasionalisme yang terjadi di Indonesia sebelumnya diawali dengan terjadinya nasionalisme bangsa-bangsa di Asia-Afrika. Seperti nasionalisme Jepang, Cina, India, Filipina, dan Mesir, yang pada pada dasarnya rasa nasionalime itu muncul dengan faktor-faktor sebagai berikut.

  1. Kenangan kejayaan bangsa-bangsa Asia-Afrika pada masa lampau, menyerupai kita ketahui bahwa nyaris semua wilayah di Asia dan Afrika yang terjajah ketika itu ialah sentra peradaban renta di dunia. 
  2. Adanya penderitaan akhir penjajahan yang kejam. 
  3. Munculnya golongan terpelajar atau cendikiawan yang secara pribadi atau tidak pribadi ternyata mendapat pendidikan dalam bermacam-macam bidang dari para penjajah, termasuk pendidikan politik. 
  4. Pengaruh dari perang di Asia yang dimenangkan oleh Jepang atas Rusia tahun 1905. 
  5. Kemajuan dalam bidang politik, menyerupai munculnya kelompok-kelompok partai politik, bidang ekonomi dan sosial budaya yang semakin banyak mengetahui adanya persamaan derajat dan martabat umat insan di seluruh dunia.

Gerakan nasionalisme Asia-Afrika ini ialah reaksi pada kaum imperialisme barat, yang dibagi atas dua macam gerakan reaksi, yaitu:
  1. Zelotisme, yaitu reaksi atau perilaku menutup pintu wilayah mereka dari kekuasaan asing. Atau dengan kata lain dikenal dengan isolasi dan perlawanan pasif. 
  2. Herodianisme, yaitu reaksi dengan taktis yang cerdik dengan cara mengikuti dan menyadap isu sebagai pengetahuan sebagai bekal untuk menindas para penjajah.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Nasionalisme di Indonesia


Pada umumnya, semua gerakan nasionalisme bangsa-bangsa Asia-Afrika sangat mempunyai imbas terhadap pergerakan nasionalisme Indonesia. Semangat nasionalisme Indonesia mulai tumbuh dan menyampaikan kekuatannya pada penjajah biasanya dan Belanda khususnya semenjak penghujung kurun ke- 19. Pada ketika itu, Belanda hanya memerhatikan kepentingan bangsanya sendiri dan mengeruk laba dari wilayah Indonesia. Kondisi itulah yang menjadi aspek utama munculnya gerakan nasionalisme di Indonesia. Untuk menambah kepercayaan dan kepastian bahwa masyarakat Indonesia berjuang keras menentang penjajah keadaan menyerupai itu boleh dikatakan sebagai Kebangkitan Nasional, maknanya bangunnya seluruh kemampuan bangsa Indonesia untuk merdeka, dengan beberapa alasan utama sebagai berikut.

  1. Penindasan yang dilakukan penjajah Belanda, menyerupai diperlakukannya jadwal tanam paksa yang banyak merugikan para petani dan pemilik lahan.
  2. Adanya pendidikan luar negeri yang diterima oleh sebagian bangsa Indonesia, baik yang berguru dari negeri barat atau negeri timur. Tetapi yang paling mempunyai imbas ialah pendidikan Barat ala Belanda yang diselenggarakan di Indonesia, walapun sebagian sekolah hanya diperuntukkan oleh kelompok tertentu saja. Adapun jenis-jenis sekolah yang berperan dalam perkembangan pendidikan masyarakat Indonesia ketika penjajahan Belanda antara lain: ELS (Europeesch Lagere School) atau HIS (Hollandsch Indische School) selama waktu 7 tahun sebagai pendidikan tingkat dasar, 2) Sekolah Lanjutan HBS (Hogere Burger School) dan AMS (Algmenene Middelbare School) yang kini setingkat SMA, 3) Sekolah Bumi Putera (Inlandsche School) yang bahasa pengantarnya ialah bahasa daerah, 4) Sekolah Desa (Volksch School), 5) Sekolah Desa Lanjutan (Vervolksch School), 6) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau setingkat SMP, dan 7) Stovia (School Toot Opleiding van Inlandsche Artsen) yaitu sekolah Dokter Jawa yang lamanya 7 tahun kelanjutan dari MULO.
  3. Munculnya gerakan Islam modern, yang sanggup berfungsi sebagai pemersatu bangas Indonesia yang lebih banyak didominasi beragama Islam, dan mereka tidak oke dengan semua kebijakan Belanda yang jauh dari ketentuan kehidupan Islam.
  4. Dominasi ekonomi kaum Timur Asing terutama Cina, yang ketika itu oleh Belanda diberi keleluasaan dalam menguasai bidang perdagangan.
  5. Perkembangan media pers sebagai perangkat komunikasi.
  6. Diberlakukannya politik Etis yang ialah politik balas jasa dari Belanda kepada Indonesia yang dicetuskan oleh Van de Venter, isinya dikenal dengan Trias Vandeventer yaitu irigasi, migrasi dan edukasi.
  7. Ketidakpuasan dengan dibentuknya suatu sistem kehidupan diskriminasi. Bangsa Indonesia sebagai pribumi diposisikan sebagai golongan kelas tiga paling bawah sesudah orang Eropa dan Timur Asing.

Nasionalisme di Indonesia mengalami kemajuan sangat pesat ketika organisasi Budi Utomo diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda pada tahun 1908. Adapun tahapan nasionalisme yang berjalan di Indonesia hingga mencapai kemerdekaannya ialah sebagai berikut.

  1. Nasionalisme sosial dan kebudayaan (1900–1912), diorientasikan pada perbaikan dan perkembangan sistem kehidupan masyarakat pribumi.
  2. Nasionalisme politik (1912–1921), mengarahkan penduduk Indonesia untuk mengerti akan politik dan ketika itu banyak didirikan partai politik.
  3. Nasionalisme militan (1921–1926), diketengahkan sesudah bangsa Indonesia mengerti politik dan usaha organisasinya yang dilandasi dengan semangat militansi tinggi.
  4. Nasionalisme politik radikal (1926–1933), menyadarkan segala macam acara partai politik dan organisasi yang berkembang dengan sifat nonkooperatif.
  5. Nasionalisme moderat (1933–1941), dikembangkannya perilaku kebijakan partai untuk mengambil keputusan yang matang.
  6. Nasionalisme pendudukan Jepang (1942–1945), ialah tindakan terakhir yang membawa akhir pada ke- merdekaan Indonesia.

C. Organisasi-Organisasi Pergerakan Nasional di Indonesia


Munculnya organisasi-organisasi yang membawa pada pergerakan nasionalisme Indonesia latar belakangnya ternyata terlahir dari bermacam-macam golongan, terutama golongan pelajar, kaum nasionalis, aliran sekuler, gerakan profesi, serta gerakan awal wanita. Berikut akan kita bahas deskripsinya secara singkat. Munculnya organisasi-organisasi yang membawa pada pergerakan nasionalisme Indonesia latar belakangnya ternyata terlahir dari bermacam-macam golongan, terutama golongan pelajar, kaum nasionalis, aliran sekuler, gerakan profesi, serta gerakan awal wanita. Berikut akan kita bahas deskripsinya secara singkat.

a. Budi Utomo

Latar belakang munculnya organisasi Budi Utomo alasannya adanya kondisi kehidupan yang sangat memprihatinkan. Namun semenjak diberlakukannya politik etis, ternyata mendatangkan akhir positif pada perkembangan pen- didikan penduduk pribumi. Hanya di lain pihak para pelajar Indonesia ini mengalami kesulitan dalam mendapat dana. Hal ini mengundang keprihatinan dr. Wahidin Sudirohusodo untuk berusaha mengumpulkan dana dengan melakukan propaganda keliling Pulau Jawa. Ide itu kemudian diterima oleh dr. Sutomo yang ketika itu sedang berguru di Stovia. Penghimpunan dana ini juga ditujukan untuk merealisasikan pengajaran dan pendidikan masyarakat Jawa yang tidak terlepas dari budaya aslinya yang digabungkan dengan referensi pendidikan barat. Akhirnya, pada 20 Mei 1908, Sutomo dan rekan-rekannya berhasil mendirikan sebuah organisasi di Jakarta yang berjulukan Budi Utomo. Sehingga hingga kini tanggal itu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

perjuangan yang terjadi di beberapa tempat Terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia, dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia
dr. Wahidin Sudirohusodo
Ketika berbagi Budi Utomo, Sutomo dan kawan- mitra memperkenalkan cara-cara organisasi modern yang mengarah kepada kesadaran pribumi untuk memegang teguh paham dan ideologinya. Dari sanalah muncul perubahan-perubahan sosial dan politik pada masyarakat pribumi.

Kemunculan organisasi Budi Utomo berakibat jawaban dan reaksi dari Belanda. Ada beberapa jawaban yang menyampaikan mengenai terbentuknya Budi Utomo. Menurut sebagian golongan, Budi Utomo ialah gerakan renaissance budaya Indonesia. Sementara, ada sekelompok golongan terutama kaum priayi dengan kelas sosial tinggi kurang oke dengan adanya Budi Utomo, alasannya mereka khawatir kehadirannya akan mengganggu dan mengubah status mereka ketika itu. Akhirnya, golongan priayi ini (regent bond) membentuk organisasi di Semarang pada tahun yang sama dengan nama Setia Mulia. Tetapi beberapa kelompok lain menyerupai para bupati ternyata sangat mendukung kedatangan Budi Utomo.

Dengan hadirnya Budi Utomo, ternyata semangat ke- bangsaan dari suku-suku bangsa di Indonesia semakin bertambah besar, terbukti dengan diselenggarakannya Kongres Budi Utomo pada 3-5 Oktober 1908. Dalam perjuangannya, Budi Utomo memilili dua prinsip, yaitu prinsip yang diwakili oleh golongan muda yang cenderung menangani persoalan politik dalam meng- hadapi pemerintah kolonial, dan prinsip kedua yang diwakili oleh golongan renta dengan petunjuk dan usaha melalui sosial budaya.

b. Sarekat Islam 
Pada awalnya, Sarekat Islam (SI) hanyalah sebuah perkumpulan para pedagang yang diberi nama Sarekat Dagang Islam yang dipelopori oleh K.H. Samanhudi, seorang pengusaha batik dari kampung Lawean (Kolo). Pada awalnya, tujuannya hanya untuk mengimbangi supaya persaingan sanggup diatasi dalam menghadapi pedagang asing. Pada tahun 1912 Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam di bawah pimpinan H.U.S. Cokroaminoto dengan beranggotakan semua kalangan masyarakat yang bermacam-macam Islam. Kegiatan Sarekat Islam menjadi terfokus pada masalah- persoalan keagamaan dengan segala bukti nyatanya.

Namun, tujuan utama Sarekat Islam tetap yaitu mengembang- kan ekonomi Islam menyerupai yang dikemukakan oleh Haji Umar Said Cokroaminoto pada rapat besar di kebun binatang Surabaya pada 26 Januari tahun 1913. Setelah SI mengalami perkembangan, pemerintah Belanda merasa khawatir alasannya dianggapnya SI sanggup membahayakan kedudukan pemerintah Belanda, apalagi sesudah keanggotaan SI semakin luas dan besar serta berhasil mengadakan Kongres Nasional.

Kongres Nasional I diselenggarakan di Jakarta dengan dihadiri oleh 360.000 anggota dan masih H.U.S. Cokroaminoto yang terpilih sebagai pimpinan SI. Sebelum Kongres Nasional tahunan yang kedua (1917), muncul aliran revolusioner yang dipimpin oleh Samaun. Pada tahun 1918 dalam kongres ketiga imbas Samaun yang hanya sebagai Ketua SI Lokal Semarang semakin menjalar dalam organisasi SI secara keseluruhan (CSI = Central Sarekat Islam). Rupanya dengan hadirnya, aliran revolusioner ialah awal perpecahan dalam organisasi SI.

perjuangan yang terjadi di beberapa tempat Terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia, dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Cokroaminoto
Buktinya dalam kongres keempat tahun 1919, SI memerhatikan golongan buruh alasannya diduga untuk mempersiapkan kemajuan berdasarkan anggapan mereka hancur perekonomian tidak semata- mata penjajah melainkan adanya kapitalis dari para pengusaha lokal juga, sehingga imbas komunis sudah semakin merasuk pada organisasi ini. Terbukti ketika dilakukannya kongres kelima tahun 1921 SI terpecah menjadi dua kelompok, yaitu SI Putih di bawah pimpinan H.U.S. Cokroaminoto dan SI Merah dipimpin oleh Samaun yang akhirnya berkembang menjadi organisasi yang berhaluan komunis. Tahun 1933 Central Sarekat Islam bermetamorfosis Parti Sarekat Islam yang kehidupan organisasinya semakin kompleks dan pada tahun 1927 PSI berubah kembali menjadi PSII Partai Sarekat Islam Indonesia.

c. Indische Partij

Organisasi politik Indische Partij ini didirikan oleh Ernest Eugene Francois Douwes Dekker (Dr. Danudirja Setia Budhi), dr. Cipto Mangunkusumo , dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) yang dikenal dengan nama “Tiga Serangkai”, pada 25 Desember 1912 di Bandung. Perhimpunan ini termasuk organisasi yang mempunyai keistimewaan, alasannya walaupun usianya pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan sebagai peletak dasar politik Indonesia sebagai organisasi adonan antara orang Indo dengan pribumi.

Namun alasannya prinsipnya yang sangat radikal dalam mengiginkan Indonesia merdeka, maka pemerintah Belanda sangat menentang dan hati-hati untuk bekerjasama dengan Indische Partij. Sehingga perjuangannya untuk mendapat tubuh aturan ternyata sia-sia, alasannya pada 4 Maret 1913 perhimpunan ini ditutup dan dianggap sebagai organisasi terlarang. Ketiga tokohnya diasingkan ke Belanda. Namun Cipto Mangunkusumo dikembalikan alasannya sakit, dan pada tahun 1919 Setia Budhi dan Suwardi Suryaningrat juga dikembalikan dan mereka tetap terjun dalam dunia politik untuk memikirkan usaha bangsa dalam merebut kemerdekaan.

d. Muhamadiyah

Muhamadiyah ialah organisasi yang berakar pada keagamaan. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912, di bawah pimpinan K.H. Ahmad Dahlan. Tujuan pendirian Muhamadiyah ialah sebagai jawaban atas dasar saran Budi Utomo dengan maksud memberi pelajaran agama kepada anggotanya, sehingga kelompok Muhamadiyah dikatakan sebagai organisasi agama yang modern. Pelaksanaan jadwal kerjanya dimulai dengan mendirikan sekolah yang berlandaskan agama, panti asuhan, panti jompo dan fakir miskin serta balai pengobatan dan rumah sakit. Perkumpulan ini tetap berpusat di Yogyakarta.

Pada 20 Desember 1912, Muhamadiyah menginginkan organisasinya mempunyai tubuh aturan dan ternyata dikabulkan oleh gubernur jenderal yang memerintah pada ketika itu, dengan

dikeluarkannya Govermen Besluit (SK) nomor 81 tanggal 22 Agustus 1914. Ternyata sesudah Muhamadiyah berbadan hukum, perkumpulan sejenis tidak hanya terdapat di Yogyakarta saja, melainkan muncul di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di sekitar pesantren-pesantren yang sering mengadakan perkumpulan (tablig). Atas persetujuan pemerintah Belanda, Muhamadiyah berhak mendirikan cabang di semua wilayah. Peranan Muhamadiyah sangat besar dalam mempersiapkan perlawanan pada dominasi asing. Sebab dengan hadirnya organisasi ini, tingkat pendidikan masyarakat Indonesia menjadi lebih maju, baik dalam pendidikan agama atau pendidikan umum.

e. Gerakan Pemuda Seluruh Indonesia

Titik api yang bersinar dari gerakan Budi Utomo, ternyata membawa akhir dan respons baik dari seluruh perjaka yang ada di Indonesia. Hal ini terbukti dengan bermunculannya perhimpunan gerakan-gerakan perjaka di Indonesia. Di antara perhimpunan itu pada tahun 1914 berdiri Perkumpulan Pasundan yang mempunyai tujuan untuk mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan dan memperluas kesempatan kerja, dengan beberapa pimpinan menyerupai R. Kosasih Surakusumah, R. Otto Kusumah dan Jayadiningrat. Kemudian orang-orang Ambon yang bertempat tinggal di Jawa membentuk perkumpulan Sarekat Ambon di bawah pimpinan A.J. Patty yang ingin mempersiapkan pemerintah yang berparlemen. Namun, alasannya gerakannya yang radikal, A.J. Patty dibuang ke Bangka.

Pada 16 Agustus 1927, di Jakarta dibuat Organisasi Persatuan Minahasa di bawah pimpinan dr. Tumbelaka dan Sam Ratulangi. Kemudian, berdiri pula Sarekat Celebes akhir dari adanya kesalahpahaman. Selain itu, banyak pula berdiri kumpulan perjaka menyerupai Sarekat Madura, Perserikatan Timor, dan Sarekat Sumatra. Perkembangan organisasi perjaka ini berakibat pada terbentuknya perkumpulan perjaka kedaerahan.

f. Organisasi Kepanduan 
Sejalan dengan lahirnya organisasi pemuda, lahir juga perkumpulan kepanduan yang berupa organisasi lanjutan dari induk organisasi asalnya. Pada awalnya, organisasi kepanduan hanya menghimpun kelompok perjaka yang gemar melakukan kegiatan olahraga. Organisasi kepanduan yang pertama kali berdiri ialah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) yang berkedudukan di Solo, berdiri pada tahun 1916. Di kalangan belum dewasa keturunan Eropa juga berdiri organisasi Neda Indische Padvinders Vereeninging (NIPV) tahun 1917. Setelah melewati tahun 1920, organisasi kepanduan ini semakin berkembang dan mengikuti perkembangan paham nasionalisme, maka ber- munculan puluhan organisasi sejenis, menyerupai Sarekat Islam Afdeling Pandu (SIAP), Hizbul Wathon, dan Pandu Pemuda Sumatra. Akhirnya, keberadaan semua organisasi kepanduan ini sanggup menopang kehidupan organisasi politik. Akhirnya, muncul Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI), hanya alasannya dicurigai oleh pemerintah Belanda, KRI tidak boleh untuk berkumpul dan melakukan kegiatan.

g. Taman Siswa 
Setelah dipulangkan ke Indonesia Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan sebutan Ki Hajar Dewantara, masih tetap mempunyai harapan untuk memajukan bangsanya. Hingga pada tahun 1922, ia mendirikan perguruan tinggi Taman Siswa. Taman Siswa ini lahir dengan tujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan secara kultural yang sanggup diselenggarakan dengan baik. Bahkan organisasi ini menjadi tonggak untuk penataan pengembangan pendidikan nasional. Keistimewaan dari Taman Siswa ialah pelaksanaan kepemimpinan dalam organisasi yang demokratis, dan mengedepankan kepentingan rakyat. Seorang pemimpin wajib menjadi kunci untuk keberhasilan dan kemajuan rakyatnya, salah satu caranya yaitu berjuang dan belajar. Sehingga pada akhirnya, organisasi ini mengetahui betul mengenai peranan pen- didikan nasional sebagai perangkat untuk mencapai kemerdekaan. Taman Siswa mempunyai pedoman sebagai berikut. “Ing ngarso sing tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani”

Pedoman itu sanggup diartikan sebagai prinsip seorang pemimpin. Jika di depan ia harus menjadi teladan, jikalau di tengah ia harus bisa membangun dan di belakang ia harus bisa memberi soko atau santunan baik. Ketangguhan dan kehebatan Taman Siswa ialah dalam pelaksanaan pendidikannya. Pada umumnya, pelaksanaan pendidikan diserahkan kepada pihak swasta, sehingga cegahan kolonial Belanda pada jalannya pendidikan menjadi terbatas. Akibatnya, Belanda merasa takut Taman Siswa ini akan menghancurkan pemerintahannya. Saat itu pemerintah mengeluarkan peraturan mengenai adanya sekolah liar, dan akhirnya Taman Siswa mempunyai keterbatasan dalam melakukan pergerakannya. Tetapi undang-undang mengenai sekolah liar ini banyak dimengenai oleh beberapa tokoh perjaka pendidik yang lain di luar Pulau Jawa.

h. Partai Komunis Indonesia
Cikal bakal lahirnya Partai Komunis Indonesia yaitu terjadinya perpecahan Sarekat Islam. Dengan hadirnya golongan revolusioner yang membentuk SI Merah ternyata berakibat pada berkembangnya pemikiran sosialis pada suatu organisasi atau perkumpulan. Bersamaan dengan hal itu, muncul pula lahirnya Marxisme Belanda di bawah pimpinan Sneevliet dan didukung oleh tokoh dari Indonesai yaitu Samaun. Dilihat dari pelaksanaan politiknya, PKI ini ialah salah satu organisasi politik yang radikal, sehingga keberadaannya tidak boleh oleh pemerintah Belanda. Namun secara rahasia dan ilegal Samaun, Darsono, dan Alin tetap menjalankan acara politik bahkan sempat mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI).

i. Gerakan Wanita 
Pelopor yang mendukung adanya keikutsertaan perempuan dalam berjuang merebut kemerdekaan ialah Raden Ajeng Kartini. Idealisme yang disebut dengan gerakan emansipasi perempuan itu tumbuh alasannya Kartini hidup di kalangan bangsawan. Dia sering memerhatikan mengenai budaya barat dengan sungguh- sungguh. Sebagai hasil realisasi dari Kartini dalam memajukan pendidikan untuk kaum wanita, timbulah pergerakan dari kaum perempuan Indonesia. Pada awalnya, organisasi kewanitaan yang diselenggarakan Kartini hanyalah sebatas pendidikan kecakapan perempuan sebagai ibu rumah tangga, tetapi itu hanya terjadi sebelum tahun 1920. Setelah Kartini memeloporinya, muncul organisasi perempuan yang membekali bahwa perempuan itu mempunyai hak yang sama dalam bermacam-macam kehidupan, menyerupai Organisasi Putri Mardika, serta sekolah-sekolah perempuan yang lain.

perjuangan yang terjadi di beberapa tempat Terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia, dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Kartini
Di tempat Pasundan ada tokoh yang berjulukan Raden Dewi Sartika yang menyelenggarakan Sekolah Kautamaan Istri, nyaris di semua kabupaten di Jawa Barat. Kemudian, di Yogyakarta berdiri pula organisasi kewanitaan yang berjulukan Sopa Tresna, yang kemudian menjadi serpihan dari organisasi Muhamadiyah dan namanya menjadi Aisyiyah. Di Sumatra berdiri Organisasi Keutamaan Istri Minangkabau dan Kerajinan Amal Setia. Ternyata sesudah tahun 1920, perkumpulan perempuan ini muncul menjadi organisasi sosial yang lebih luas. Seperti di Minahasa, didirikan organisasi De Gorontalosche Muhamedaansche Vroumen Vereeinging, yang ialah tonggak untuk lahirnya organisasi perempuan yang menolong dalam gerakan kebangkitan nasional.

j. Partai Nasional Indonesia 
Keadaan sosial politik yang semakin sulit menciptakan beberapa organisasi berusaha untuk mengikuti keadaan dengan orientasi baru. Seperti penyimpangan yang dilakukan PKI pada tahun 1926, berakibat tumbuhnya semangat untuk menyusun kekuatan baru, terutama golongan nasionalis.

Pada awal tahun 1927 berdiri sebuah perkumpulan yang berjulukan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Ir. Soekarno. Meski arahannya pada situasi politik, namun beberapa pengikutnya menyerupai Mohammad Hatta tetap menekankan pada aspek pendidikan. Pada 4 Juli 1927, kelompok nasionalis mengadakan perkumpulan di Bandung yang mempunyai tujuan untuk mendukung berdirinya PNI. Adapun tujuan dari PNI yang bergotong-royong ialah ingin mencapai Indonesia merdeka.

Di bawah pimpinan Bung Karno (sebutan untuk Ir. Soekarno), kemajuan PNI semakin bertambah pesat. Namun sayang, keberada- annya tetap tidak disetujui oleh pemerintah Belanda, sehingga tersiar kabar bahwa PNI sebagai provokator yang akan melakukan pemberontakan pada tahun 1930. Akhirnya, pemimpin-pemimpin PNI termasuk Bung Karno ditangkap oleh Belanda pada 24 Desember 1929, kemudian perkaranya diserahkan ke pengadilan. Saat jalannya sidang, semua warga

mempunyai pencurahan perhatiannya kepada Bung Karno. Bahkan beberapa surat kabar pun menghimpun pembicaraan Bung Karno ketika di pengadilan. Meski Bung Karno mendapat pembelaan, namun keputusan menjatuhkan eksekusi pada Bung Karno selama 4 tahun. Hukuman itu diartikan oleh seluruh pengikut nasionalis bahwa siapa yang bertindak menyerupai Bung Karno takut dikategorikan sebagai kejahatan politik, maka demi keselamatan pada tahun 1931 pengurus-pengurus PNI secara berangsur membubarkan diri.

k. Partai Indonesia (Partindo) 
Karena PNI sudah dinyatakan sebagai partai terlarang, maka tokoh-tokoh nasionalis membentuk panitia untuk mendirikan partai baru. Di bawah pimpinan Sartono, pada 1 Mei 1931 diumumkanlah berdirinya perkumpulan gres yang dinamakan dengan Partai Indonesia. Partai ini masih ialah kelanjutan dari PNI, biar diperlukan para anggota PNI yang sudah bubar masuk menjadi anggota Partindo. Tujuan Partindo ialah untuk mncapai kemerdekaan Indonesia. Meski Bung Karno belum menjadi anggota Partindo, namun ia pernah melakukan pidato dalam kongres Partindo di Jakarta pada 15-17 Mei 1932.

Setelah Bung Karno menjadi anggota, jabatannya sebagai ketua cabang Partindo di Bandung dan ternyata mempunyai imbas besar pada jumlah anggota Partindo yang terus meningkat. Dan akhirnya kembali terjadi pengawasan pemerintah Belanda yang sangat ketat. Sampai berpuncak pada penangkapan Bung Karno untuk kedua kalinya dan kemudian dibuang ke Ende pada 1 Agustus 1933. Sejak ketika itu, kembali pergerakan partai politik dipersempit, dan larangan pun mulai tiba dari pemerintah. Akhirnya, Partindo membubarkan diri pada 18 November 1936.

Sumber : IPS Terpadu - Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Terbentuknya Kesadaran Nasional, Identitas Indonesia, Dan Perkembangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel