Gagasan : Implementasi Seven Habits of Highly Effective People dalam Pembelajaran
Gagasan : Implementasi Seven Habits of Highly Effective People dalam Pembelajaran
Seven Habits of Highly Effective People (Tujuh Kebiasaan Manusia yang Sangat efektif)
Tujuh kebiasaan yaitu kebiasaan efektivitas karena didasarkan atas prinsip ketujuh kebiasaan yang menunjukkan hasil jangka panjang dan menguntungkan secara maksimum. Tujuh kebiasaan insan yang sangat efektif meliputi: (1) proaktif; (2) memulai dengan final pikiran; (3) dahulukan yang utama; (4) berpikir menang atau menang; (5) berusaha mengerti, lalu dimengerti; (6) wujudkan sinergi; dan (7) asah gergaji (Covey, 2010).
1. Menjadi Proaktif (Be Proactive)
Menurut Pedler (dalam Covey, 2010), bersikap proaktif yaitu kecenderungan menanggapi peristiwa dengan maksud tertentu. Seseorang yang proaktif memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai, bukan sekedar menanggapi tujuan. Manusia-manusia proaktif yaitu pelaku- pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, tidak bersikap reaktif, dan tidak menyalahkan insan lain.
2. Memulai dengan Akhir Pikiran (Begin with The End in Mind)
Memulai dengan final pikiran artinya meluaskan proaktivitas dan menjalankan kepemimpinan langsung dalam hidup dengan imajinasi dan bunyi hati yang seimbang. Semua aktifitas dilakukan dengan menuju pada tujuan akhir. Mental dan fisik insan saling berafiliasi satu sama lain membangun contoh pikir dan langkah yang pasti dalam setiap aktifitas.
3. Mendahulukan yang Utama (Put First Thing First)
Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan manusia, visi manusia, nilai-nilai manusia, dan prioritas-prioritas manusia). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada hal yang paling penting (mendesak ataupun tidak). Intinya yaitu memastikan diutamakannya hal yang utama.
4. Berpikir Menang atau Menang (Think Win or Win)
Berfikir menang atau menang yaitu cara berfikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang atau menang artinya tidak berpikir egois (menang atau kalah) atau berpikir menyerupai martir (kalah atau menang). Berpikir menang atau menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan.
5. Berusaha Mengerti, Lalu Dimengerti (To Understand To Be Understood)
Pandangan berusaha mengerti, lalu dimengerti menuntut keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa. Berusaha untuk mengerti memerlukan tenggang rasa dan berusaha untuk dimengerti membutuhkan keberanian. Tenggang rasa dan keberanian memerlukan kadar tinggi tetapi seimbang. Berusaha memahami menuntut kemurahan sedangkan berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
6. Mewujudkan Sinergi (Synergy)
Sinergi mengandung arti kombinasi unsur atau episode yang dapat menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Kombinasi ini antara hal-hal yang ada dalam dirinya dan lingkungan manusia. Sinergi yaitu cara menghasilkan alternatif bersama yang lebih baik dari pada cara insan masing-masing. Sinergi yaitu buah dari sikap saling menghargai, sikap memahami dan juga memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, serta memanfaatkan peluang.
7. Mengasah Gergaji (Sharpening The Saw)
Kebiasaan ketujuh yaitu kebiasaan pribadi. Kebiasaan ini memelihara dan meningkatakan aset terbesar yang insan miliki, yaitu dirinya sendiri. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah manusia, yaitu fisik, spiritual, mental, dan sosial atau emosional. Mengasah gergaji yaitu cara memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial atau emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas insan untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.
Implementasi Seven Habits of Highly Effective People dalam Pembelajaran
Implementasi tujuh kebiasaan dalam pembelajaran dijelaskan sebagai berikut :
1. Proaktif
Kebiasaan “proaktif” diterapkan pada hari Senin. Hal ini dimaksudkan biar hari-hari selanjutnya akseptor didik tetap proaktif. Pemahaman kebiasaan “menjadi proaktif” misalnya, dalam pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) dengan melaksanakan diskusi dan tanya-jawab. Sikap proaktif menumbuhkan jawaban atau respon pada hal yang dikehendaki sehingga akseptor didik tidak hanya mendapatkan keadaan tetapi berusaha mengubah keadaan di lingkungan ketika memecahkan masalah. Sikap proaktif ini menuju pada peningkatan mental, emosional, dan sosial.
2. Memulai dengan Akhir Pikiran
Penerapan “memulai dengan final pikiran” diterapkan pada hari Selasa dengan mengajak akseptor didik untuk merespons sesuatu secara positif. Penerapan kebiasaan ini misalnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan agama karena tujuan final berorientasi pada diri sendiri dan lingkungan yang ada di sekitarnya.
Masalah yang ada di lingkungan sekitar misalnya toleransi umat beragama dapat dijadikan materi diskusi. Konsep memulai dengan final pikiran dapat menjadi motivasi bagi akseptor didik dalam memperoleh pendidikan. Setiap akseptor didik memiliki potensi yang tersimpan dalam dirinya. Oleh alasannya yaitu itu, kehendak bebas ini dapat diterapkan biar bakat tersebut tersalurkan dengan baik dan terarah. Konsep memulai dengan final pikiran dapat meningkatkan kemampuan spiritual dan sosial pada akseptor didik.
3. Mendahulukan yang Utama
Penerapan “mendahulukan yang utama” diterapkan pada hari Rabu. Penerapan konsep ini dilakukan dengan pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Eksperimen yang dilakukan pada pelajaran IPA membutuhkan langkah kerja (procedural guidance). Pandangan mendahulukan yang utama ini dapat menumbuhkan keseimbangan antara insan sebagai mahkluk individu maupun makhluk sosial dengan baik pada akseptor didik. Penerapan mendahulukan yang utama tersebut juga dapat meningkatkan kemampuan emosional dan sosial.
4. Berpikir Menang atau Menang
Penerapan “berpikir menang atau menang” diterapkan pada hari Kamis. Pandangan ini dapat menjadi motivasi akseptor didik dalam pembelajaran. Berpikir menang atau menang diterapkan dalam pelajaran matematika dan olah raga. Misalnya, akseptor didik dibentuk kelompok dan bekerja sama menyelesaikan soal matematika. Penyelesaian soal ini dibuat sebuah perlombaan, dari kegiatan ini akseptor didik akan berpikir menang atau menang. Sedangkan pada pelajaran olah raga dilakukan dengan permainan secara berkelompok. Penerapan berpikir menang atau menang melatih kerja sama dan menumbuhkan sportivitas. Berpikir menang atau menang yaitu pemikiran yang dapat menyebabkan akseptor didik mampu berdiri diatas kaki sendiri dan dapat meningkatkan kemampuan fisik dan sosial.
5. Berusaha Mengerti, Lalu Dimengerti
Penerapan “berusaha mengerti, lalu dimengerti” diterapkan pada hari Jumat. Penerapan ini dilakukan pada pelajaran kesenian. Pembelajaran pada hari sabtu yaitu mempelajari lingkungan sekitar yaitu dengan membuat alat-alat mainan dari barang bekas. Peserta didik akan berusaha mengerti keadaan lingkungannya lalu dimengerti apa yang dirinya kehendaki pada lingkungannya tersebut.
Penerapan berusaha mengerti, membentuk contoh pikir bahwa keadaan dapat diubah dengan memahami dan dimengerti dengan mencari solusi dari keadaan tersebut. Penerapan ini dapat meningkatkan kemampuan sosial akseptor didik.
6. Sinergi
Penerapan “mewujudkan sinergi” dilakukan pada hari Sabtu. Penerapan ini dapat dilakukan dengan cara menggabungkan mata pelajaran yang telah dipelajari pada hari-hari sebelumnya. Pada gabungan mata pelajaran ini, akseptor didik berguru untuk bekerja sama, bersinergi, membangun kekuatan untuk bahu-membahu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap akseptor didik menunjukkan kontribusi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, itulah yang disebut sebagai prinsip “sinergi”.
Penerapan mewujudkan sinergi ini dapat meningkatkan kemampuan sosial, mental, dan emosional karena akseptor didik dituntut menyikapi semua permasalahan dengan membangun komunikasi antar sesama dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, sesama akseptor didik juga dituntut untuk mewujudkan sinergi dari bakat yang dimiliki dalam pembelajaran.
7. Mengasah Gergaji (Pembaharuan)
Kebiasaan 7 yaitu meluangkan waktu untuk mengasah gergaji (pembaharuan). Kebiasaan ini melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasan karena kebiasaan 7 menyebabkan keenam kebiasaan lain menjadi mungkin (Covey, 2010). Jika semakin banyak aktifitas yang dilakukan dengan keenam kebiasaan tersebut maka akseptor didik semakin mengasah atau memperbarui kebiasaan efektif yang telah dilakukan. Penerapan tujuh kebiasaan dapat menghasilkan kegiatan akseptor didik yang lebih efektif karena bukan hanya kompetensi pembelajaran yang dapat tercapai tetapi juga kepribadian yang efektif dalam segala hal (Wijaya, Putri, & Dwiastuti, 2013).
Penerapan kebiasaan ketujuh ini dimaksudkan untuk meningkatkan bakat akseptor didik dengan menyeimbangkan empat dimensi yang ada dalam dirinya. Asahlah gergaji menjadi motivasi dan contoh pikir untuk menjadi insan yang lebih baik.
REFERENSI
Covey, Stephen R. 2010. The Seven Habits Of Highly Effective People ,alih bahasa oleh Budijanto, proofreader Lyndon Saputra. Jakarta: BinaRupa Aksara.
Wijaya, Putri, & Dwiastuti. 2013. Implementation Of Seven Habits Of Highly Effective People In Physics Instructional For Constructing The Leadership Of Student, Prosid. The 11th International Conference on Developing Real-Life Learning Experience : Learning Innovation for ASEAN, p 28-1.
0 Response to "Gagasan : Implementasi Seven Habits of Highly Effective People dalam Pembelajaran"
Post a Comment