-->

Konseling untuk Perubahan Perilaku

Definisi dan Tujuan Konseling

Ngelmu - Konseling merupakan pemberian sumbangan kepada individu yang sedang menghadapi problem melalui wawancara dan dilakukan oleh konselor. Diharapkan dari kegiatan konseling tersebut problem yang dihadapi oleh individu tersebut dapat teratasi. (1)

Setelah problem teratasi, diharapkan orang tersebut akan memiliki semangat dan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan konseling ialah untuk menawarkan solusi supaya seseorang dapat terbantu dalam mengatasi suatu problem yang tidak dapat diatasinya sendiri.

Prayitno dan Erman Amti merumuskan pengertian singkat yakni konseling ialah proses pemberian bantuan, dilakukan memalui wawancara konseling oleh spesialis kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah, dan bermuara pada teratasinya kehidupan klien.[2]

Sedangkan Farid Mashudi berpendapat bahwa tujuan selesai diadakannya konselin ialah untuk memperoleh perubahan tingkahlaku ke arah yang faktual dan konstruktif. Menurutnya, klien dengan kondisi psikis yang tidak stabil, cenderung akan melaksanakan hal-hal yang sifatnya destruktif. Pada ujungnya, contoh pikirnyapun ikut menjadi tidak rasional. Sehingga terkadang dalam benaknya terbayang-bayang ingin melaksanakan bunuh diri.

Pada pelaksanaannya, konseling hendaknya dilakukan oleh seorang konselor yang profesional dan kompeten dalam menangani suatu konflik batin seseorang.


Konseling melibatkan dua orang yang salaing berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung, mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan isyarat, pandangan mata dan pandangan lainnya dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat didalam interaksi itu.

Bagaimana cara melaksanakan pendekatan atau interaksi dengan klien tidak ada aturan baku yang membatasinya. Namun pada intinya, interaksi harus dibangun supaya konselor dan klien dapat saling terbuka untuk menemukan solusi dari suatu problem yang sedang dihadapinya.

Meskipun tidak ada aturan baku bukan berarti tidak ada suatu konsep interaksi yang dapat dijadikan rujukan. Baru-baru ini telah dikembangkan model interaksi konseling multidimensional yang berkonsep tidak ada batasan atara konselor dan klien dalam baha ekspresi semata, namun terdapat beberapa cara supaya komunikasi antara konselor dengan klien dapat terbentu. Misalnya dengan olahraga, jalan santai, dan lain sebagainya yang kesemuanya diarahkan pada teratasinya problem yang dihadapi klien.

Interaksi antara konselor dan klien berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan terarah delam pencapaian tujuan. Tujuan dari kekerabatan konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien. 

Konseling merupakan proses yang dinamis, dimana individu klien dibantu untuk dapat menyebarkan dirinya, mengembangakan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi problem yang sedang dihadapi. Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar wacana diri klien yaitu atas dasar penghargaan atas harkat dan martabat klien.[3]

Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktifitas yang merupakan hasil selesai jalinan dan dimana terjadi saling mensugesti antara aneka macam macam kemampuan jiwa yang jarang berdiri sendiri. Perilaku dipandang dari segi biologis ialah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, perilaku insan pada hakikatnya suatu aktifitas dari insan itu sendiri.[4]

Sebagaimana diketahui perilaku atau aktifitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya tetap sebagai akhir dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Namun demikian sebagian terbesar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Bagaimana kaitan antara stimulus dan perilaku sebagai respon terdapat sudut pandang yang belum menyatu antara para ahli, ada hebat yang memandang perilaku sebagai respon terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau organisme seolah-olah tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, kekerabatan stimulus dan respon seakanakan bersifat mekanistis. Pandangan semacam ini pada umumnya merupakan pandangan yang bersifat behavioristis.[5]

Berbeda dengan pandangan kaum behavioris ialah pandangan aliran kognitif yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu ada kemampuan untuk meneentukan  perilaku yang diambilnya. Hubungan  stimulus dan respon tidak berlangsung secara otomatis tetapi individu menagmbil peranan dalam menentukan perilakunya.[6]

Konseling Untuk Mengubah Perilaku

Mengacu pada konsep Skinner yaitu operan respon kelihatannya pembentukan tingkah laku erat kaitannya dengan penggunaan operan respon yang dalam psikologi mencar ilmu dinamakan conditioning respon. Prosedur pembentukan perilaku melalui conditioning respon ini ialah sebagai berikut:
  1. Melakukan identifikasi wacana hal-hal yang merupakan penguat (reinforce) berupa hadiah-hadiah (reward) bagi perilaku yang akan dibentuk.
  2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang sempurna untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
  3. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen tersebut.
  4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu. 

Sebuah penghargaan atau hadiah akan diberikan kepada klien jika komponen pertama telah dilakukan. Pemberian hadian ini akan berakibat pengulangan perilaku, sehingga jika sudah terbentuk, perilaku tersebut akan dilakukan secara berulang-ulang hingga komponen ke 3 dan ke-4 dapat terbentuk. [7]

Dalam situasi konseling perilaku ekspresi dan nonverbal klien dapat dijadikan indikator keseriusan klien mengikuti proses konseling. Tanda-tanda perilaku tersebut harus terbca oleh konselor supaya ia mudah mengarahkan proses konseling. Perilaku ekspresi ialah perilaku seseorang berupa kata-kata, sedangkan perilaku nonverbal ialah berupa penyakit nonverbal disebut juga bahasa tubuh. Bahasa badan merupakan indikator yang dianggap paling jujur dibandingkan dengan perilaku verbal, alasannya ialah perilaku non ekspresi tersebut tidak bisa berbohong wacana apa yang sedang dialami oleh seseorang. Ekspresi wajah misalnya merupakan wujud perasaan yang sedang dialami dan orang tersebut tidak bisa berpura-pura wacana perasaan tersebut.

Perilaku ekspresi dan non ekspresi konselor juga dapat dikaji dan dipelajari dalam rangka meningkatkan kwalitas kekerabatan antara konselor dan klien dalam proses konseling.  Hal tersebut sangat penting alasannya ialah salah satu faktor penentu keberhasilan konseling ialah bersumber dari faktor konselor.[8]

Perilaku dipandang sebagai respon terhadap stimulasi atau perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan terapi ialah untuk memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode stimulus behavioral (perilaku) ialah diperkenalkannya metode ilmiah di bidang psikoterapi. Yaitu bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses mencar ilmu untuk perubahan perilaku.

Dasar teori terapi behavioral ialah bahwa perilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi : (1) Belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa. (2) Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terahdap linkungan. (3) Perbedan-perbedaan biologik baik secara genetik atau alasannya ialah gangguan psiologi. Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut.

Dalam hal ini skinner walaupun  teori S-R, tetapi beliau punya pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu :
  1. Respon tidak perlu selalu ditimbulkan oleh stimulus, akan tetapi lebih kuat oleh pengaruh penguatan
  2. Lebih menekankan pada studi subjek individual dari pada generalisasi kecenderungan kelompok
  3. Menekankan pada penciptaan stiuasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku daripada motivasi didalam diri.
Para konselor behavioral memandang kelainan perilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari alasannya ialah itu dapat diubah dengan mengganti stiuasi faktual yang direkayasa sehingga kelainan perilaku berkembang menjadi positif.[9]

Metode-metode Konseling Behavioral

Terdapat beberapa pendekatan atau metode yang diterapkan dalam konseling behavioral. Krumboltz menawarkan empat kategori pendekatan konseling behavioral, yaitu 1). Operant learning, 2). Social modeling, 3). Cognitive learning, 4). Emotional learning.[10]dimana dalam penjelasannya,
  1. Operant Learning merupakan pendekatan ini merupakan penyesuaian dari dua teori conditioning dari Pavlov dan Skinner, pendekatan ini memfokuskan pada penguatan (Reinforcement), dalam pembentukan perilaku klien yang dikehendaki.
  2. Pendekatan mencar ilmu social bertolak dari pendapat Bandura wacana tiga system terpisah namun merupakan system pengatur yang saling berkaitan, tiga aspek tersebut ialah : 1). peristiwa stimulus eksternal, 2). penguat eksternal, dan yang paling penting ialah proses perantara kognitif. Dalam pelaksanaanya pendekatan ini diterapkan oleh konselor dengan cara merancang suatu perilaku adaptif yang dapat dijadikan model oleh klien
  3. Cognitive learning merupakan metode pengajaran secara verbal, kontak antara konselor dengan klien dan bermain peran. Pendekatan ini terdiri atas persuasi dan argumentasi yang diarahkan kepada perubahan-perubahan inspirasi yang tidak rasional.
  4. Emotional Learning diterapkan pada individu yang mengalami kecemasan. pelaksanaannya dilakukan dalam situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menjadikan kecemasan bersama suatu rangsangan yang menyenangkan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor Internal
Tingkah laku insan ialah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia.
Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci menyerupai di bawah ini.
1)      Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, alasannya ialah memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.
2)      Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melaksanakan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian peran pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan alasannya ialah faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
3)      Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak ialah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman
4)      Kepribadian
Kepribadian ialah segala corak kebiasaan insan yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta mengikuti keadaan terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk insan itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang terang sangat besar lengan berkuasa terhadap perilaku sehari-harinya
5)     Intelegensia
Intelegensia ialah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia ialah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
6)     Bakat
Bakat ialah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya

Faktor Eksternal
1)      Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan ialah proses mencar ilmu mengajar. Hasil dari proses mencar ilmu mengajar ialah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
2)     Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama yang diyakininya.
3)     Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
4)     Lingkungan
Lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan besar lengan berkuasa untuk mengubah sifat dan perilaku individu alasannya ialah lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
5)     Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu akomodasi yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mensugesti perilaku seseorang.[13]

Rujukan
  • M. Luddin , Abu Bakar. Konseling Individual dan Kelompok (Aplikasi dalam praktek konseling). Bandung. 2012. Cita Pustaka Media Perintis
  • Akhyar, Syaiful Lubis. Konseling Islami dan Kesehatan Mental. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis
  • M.Luddin , Abu Bakar. Psikologi Konseling. Bandung. 2011. Cita Pustaka Media Perintis
  • Walgito, Bimo. Psikologi Sosial. Yogyakarta. 2003. Andi Offset
  • Saam,  Zulfan. Psikologi Konseling. Jakarta. 2013. Raja Grafindo Persada
  • S. Willis, Sofyan. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung. 2010. Alfabeta
  • Surya, Muhamad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Teori & Konsep).Yogyakarta. 1988.  Kota Kembang
  • Rosjidan. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta. 1988. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen DIKTI

Sumber http://www.eurekapendidikan.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Konseling untuk Perubahan Perilaku"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel