Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Otak?
Sumber gambar: http://pixabay.com/en/brain-mind-mindset-mindfulness-744180/ Creator: johnhain Lisensi gambar CC0 Public Domain |
Kebanyakan orang berprasangka bahwa sekeras apapun upaya yang dilakukan tidak akan sanggup menciptakan kita semakin cerdas. Subjek sebuah penelitian laboratorium yang dilakukan oleh John Jonides dan rekan-rekannya di Jonideslab Michigan menunjukkan reaksi yang berbeda. Mereka menunjukkan peningkatan IQ sesudah melaksanakan training untuk otak selama tiga minggu. Peningkatan IQ ini cukup signifikan sehingga setidaknya sebagian partisipan mencicipi dampaknya pada kegiatan mereka sehari-hari misalnya, dalam hal kemampuan bermain catur dan kemampuan dalam membaca not balok ketika bermain piano.
Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Para peneliti selama ini meyakini bahwa fluid intelligence, yang merepresentasikan kemampuan insan untuk menuntaskan kiprah gres (tanpa mempunyai pengalaman sebelumnya), merupakan atribut yang tidak sanggup ditingkatkan, kemampuan ini diwariskan pada ketika insan dilahirkan. Pada kenyataannya, fluid intelligence sekitar 50% - 80% memang sanggup diwariskan, ibarat layaknya tinggi badan. Akan tetapi kecerdasan ini masih sanggup diasah. Sebagaimana nutrisi yang sanggup mensugesti tinggi badan, banyak sekali variabel lingkungan sanggup mensugesti cemerlang atau tidaknya pikiran seseorang. Sebagai contoh, Flynn effect. Efek ini menunjukkan bahwa walaupun komposisi genetis dalam suatu populasi cenderung stabil, skor intelegensi contohnya SAT terus meningkat selama 65 tahun terakhir. Hal ini bermakna bahwa terdapat faktor lain yang mensugesti peningkatan skor intelegensi ini.
Karena fluid intelligence berdampak besar terhadap prestasi akademis, karir dan kesuksesan, para peneliti telah usang mencari jalan untuk meningkatkan atribut ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan contohnya dengan mendesain banyak sekali taktik pengajaran dan belajar, serta taktik pengerjaan ujian. Sayangnya kebanyakan upaya ini gagal atau setidaknya tidak terlalu berhasil. Para peneliti di JonidesLab berupaya untuk mengeksplorasi manfaat dari banyak sekali latihan kognitif, khususnya yang berkaitan dengan working memory. Working memory atau yang juga dikenal sebagai short-term memory bertugas untuk menjaga kesiapan informasi-informasi vital sehingga otak sanggup mengaksesnya ketika memecahkan suatu masalah. Metal aritmatika yakni salah satu pola latihan yang mengandalkan working memory. Secara lebih luas sistem penyimpanan ini diduga sebagai salah satu komponen penting dalam fluid intelligence.
Banyak hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa variasi working memory pada individu berdampak setidaknya 25% pada variasi fluid intelligence. Penelitian di JonidesLab menunjukkan bahwa memperkuat kemampuan ini sanggup meningkatkan skor yang diperoleh pada tes yang dipergunakan untuk mengukur fluid intelligence, baik pada bawah umur maupun orang dewasa. Yang mengejutkan, latihan-latihan ini ternyata tidak bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas working memory, akan tetapi sanggup membuang informasi-informasi yang tidak diharapkan dari memory ini. Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa semakin banyak latihan yang dilakukan maka bab otak yang dipergunakan oleh working memory menjadi semakin tidak aktif. Ini artinya otak semakin efisien dalam memanfaatkan working memory sehingga proses yang dilakukan semakin cepat. Akan tetapi, area yang sama menjadi lebih aktif ketika beristirahat. Hal ini menunjukkan bahwa otak menjadi lebih siap untuk melaksanakan banyak sekali jenis tugas.
Torkel Klingberg dan rekan-rekannya dari Sweden’s Karolinska Institute merupakan salah satu kelompok pakar yang berupaya untuk menjawab pertanyaan ini. Pada tahun 2002 mereka membangun sebuah kegiatan komputer khusus untuk melatih working memory dan menerapkannya pada tujuh orang anak yang menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Mereka meminta tujuh penderita ADHD lain untuk memainkan permainan komputer yang lebih sederhana. Setelah lima ahad kelompok yang memainkan kegiatan training working memory menunjukkan penurunan simtom ADHD yang mereka idap. Yang lebih menggembirakan, mereka sanggup memperoleh skor yang lebih tinggi ketika diuji dengan tes pengukuran fluid intelligence yang ada. Hasil serupa juga ditemui ketika eksperimen ini diulangi pada sampel yang melibatkan 44 orang anak. Simpulan ini memnginspirasi para andal kognitif lain untuk mempelajari lebih lanjut manfaat fungsi ekskutif dalam upaya meningkatkan IQ.
Selama dekade terakhir para peneliti telah memperoleh kemajuan yang menggembirakan. Melatih atensi anak dan melatih kemampuan mereka dalam musik terbukti sanggup meningkatkan skor intelegensia. Memainkan permainan kartu yang khusus didesain untuk melatih kecerdikan selama 20 jam, terbukti sanggup meningkatkan skor IQ, dari bawah umur yang mempunyai tingkat sosio-ekonomi rendah, setidaknya sebanyak 13 poin. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa fluid intelligence yang dimiliki oleh orang cukup umur meningkat sesudah memainkan game komputer Rise of Nation, atau latihan lain yang menuntut penggunaan working memory (Kalau ada yang mau eksperimen pakai seri games Total War, Civilization atau FIFA Manager undang saya jadi subjek ya........ :D).
Para peneliti di JonidesLab juga berupaya untuk mendesain intervensi yang menuntut subjek untuk sanggup mengubah-ubah perhatiannya dari satu gosip ke gosip lain. Proses desain ini dilakukan dengan memodifikasi suatu uji yang disebut The n-back test. Pada tes ini partisipan diminta untuk mengingat gambar, abjad atau angka yang muncul pada selang waktu ke n yang telah lalu.
Eksperimen yang dilakukan terhadap bawah umur menujukkan variasi hasil yang lebih beragam. Untuk melaksanakan eksperimen ini latihan dual n-back dikonversi ke dalam bentuk game. Para partisipan yang rata-rata berusia sembilan tahun berlatih dengan game ini selama sebulan. Kelompok anak lain dilatih selama sebulan dengan memakai software knowledge trainer. Software ini bertujuan untuk memperkenalkan fakta-fakta umum dan kosa kata.
Tidak seluruh anak yang melaksanakan latihan dual n-back berhasil meningkatkan skor intelegensianya. Sebagian menunjukkan minat yang rendah bahkan merasa putus asa ketika tingkat kesulitan dinaikkan. Akan tetapi anak yang berhasil meraih skor tinggi pada game ini juga menunjukkan peningkatan skor intelegensia yang tinggi. Bahkan tiga bulan sesudah training ini usai, bawah umur ini bisa mempertahankan sebagian besar peningkatan fluid intelligence yang mereka peroleh. Sementara, kelompok anak yang dilatih dengan memakai software knowledge trainer tidak mencicipi manfaat yang serupa.
Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Para peneliti selama ini meyakini bahwa fluid intelligence, yang merepresentasikan kemampuan insan untuk menuntaskan kiprah gres (tanpa mempunyai pengalaman sebelumnya), merupakan atribut yang tidak sanggup ditingkatkan, kemampuan ini diwariskan pada ketika insan dilahirkan. Pada kenyataannya, fluid intelligence sekitar 50% - 80% memang sanggup diwariskan, ibarat layaknya tinggi badan. Akan tetapi kecerdasan ini masih sanggup diasah. Sebagaimana nutrisi yang sanggup mensugesti tinggi badan, banyak sekali variabel lingkungan sanggup mensugesti cemerlang atau tidaknya pikiran seseorang. Sebagai contoh, Flynn effect. Efek ini menunjukkan bahwa walaupun komposisi genetis dalam suatu populasi cenderung stabil, skor intelegensi contohnya SAT terus meningkat selama 65 tahun terakhir. Hal ini bermakna bahwa terdapat faktor lain yang mensugesti peningkatan skor intelegensi ini.
Karena fluid intelligence berdampak besar terhadap prestasi akademis, karir dan kesuksesan, para peneliti telah usang mencari jalan untuk meningkatkan atribut ini. Beberapa upaya yang telah dilakukan contohnya dengan mendesain banyak sekali taktik pengajaran dan belajar, serta taktik pengerjaan ujian. Sayangnya kebanyakan upaya ini gagal atau setidaknya tidak terlalu berhasil. Para peneliti di JonidesLab berupaya untuk mengeksplorasi manfaat dari banyak sekali latihan kognitif, khususnya yang berkaitan dengan working memory. Working memory atau yang juga dikenal sebagai short-term memory bertugas untuk menjaga kesiapan informasi-informasi vital sehingga otak sanggup mengaksesnya ketika memecahkan suatu masalah. Metal aritmatika yakni salah satu pola latihan yang mengandalkan working memory. Secara lebih luas sistem penyimpanan ini diduga sebagai salah satu komponen penting dalam fluid intelligence.
Banyak hasil penelitian yang telah menunjukkan bahwa variasi working memory pada individu berdampak setidaknya 25% pada variasi fluid intelligence. Penelitian di JonidesLab menunjukkan bahwa memperkuat kemampuan ini sanggup meningkatkan skor yang diperoleh pada tes yang dipergunakan untuk mengukur fluid intelligence, baik pada bawah umur maupun orang dewasa. Yang mengejutkan, latihan-latihan ini ternyata tidak bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas working memory, akan tetapi sanggup membuang informasi-informasi yang tidak diharapkan dari memory ini. Lebih lanjut, mereka menemukan bahwa semakin banyak latihan yang dilakukan maka bab otak yang dipergunakan oleh working memory menjadi semakin tidak aktif. Ini artinya otak semakin efisien dalam memanfaatkan working memory sehingga proses yang dilakukan semakin cepat. Akan tetapi, area yang sama menjadi lebih aktif ketika beristirahat. Hal ini menunjukkan bahwa otak menjadi lebih siap untuk melaksanakan banyak sekali jenis tugas.
Apakah latihan sanggup meningkatkan kecerdasan?
Pada tahun 90-an para andal psikologi dan neuroscience menciptakan terobosan besar dalam memahami proses kognitif yang mendasari fluid intelligence, terutama kiprah prefrontal cortex, bab otak yang mempunyai fungsi eksekutif. Prefrontal cortex yang terletak di belakang kening diantaranya berfungsi untuk mengatur atensi, impuls dan mengkoordinasikan gosip yang tiba dari banyak sekali bab otak lainnya. Fungsi-fungsi ini memungkinkan insan untuk melaksanakan perencanaan, menciptakan keputusan, mengidentifikasi kesalahan dan melanggar kebiasaannya. Seiring dengan berkembangnya pemahaman akan hal ini muncullah pertanyaan mengenai kemungkinan adanya intervensi yang sanggup memperkuat fungsi-fungsi ini dan apakah meningkatnya fungsi-fungsi ini sanggup meningkatkan daya pikir.
Torkel Klingberg dan rekan-rekannya dari Sweden’s Karolinska Institute merupakan salah satu kelompok pakar yang berupaya untuk menjawab pertanyaan ini. Pada tahun 2002 mereka membangun sebuah kegiatan komputer khusus untuk melatih working memory dan menerapkannya pada tujuh orang anak yang menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Mereka meminta tujuh penderita ADHD lain untuk memainkan permainan komputer yang lebih sederhana. Setelah lima ahad kelompok yang memainkan kegiatan training working memory menunjukkan penurunan simtom ADHD yang mereka idap. Yang lebih menggembirakan, mereka sanggup memperoleh skor yang lebih tinggi ketika diuji dengan tes pengukuran fluid intelligence yang ada. Hasil serupa juga ditemui ketika eksperimen ini diulangi pada sampel yang melibatkan 44 orang anak. Simpulan ini memnginspirasi para andal kognitif lain untuk mempelajari lebih lanjut manfaat fungsi ekskutif dalam upaya meningkatkan IQ.
Selama dekade terakhir para peneliti telah memperoleh kemajuan yang menggembirakan. Melatih atensi anak dan melatih kemampuan mereka dalam musik terbukti sanggup meningkatkan skor intelegensia. Memainkan permainan kartu yang khusus didesain untuk melatih kecerdikan selama 20 jam, terbukti sanggup meningkatkan skor IQ, dari bawah umur yang mempunyai tingkat sosio-ekonomi rendah, setidaknya sebanyak 13 poin. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa fluid intelligence yang dimiliki oleh orang cukup umur meningkat sesudah memainkan game komputer Rise of Nation, atau latihan lain yang menuntut penggunaan working memory (Kalau ada yang mau eksperimen pakai seri games Total War, Civilization atau FIFA Manager undang saya jadi subjek ya........ :D).
Para peneliti di JonidesLab juga berupaya untuk mendesain intervensi yang menuntut subjek untuk sanggup mengubah-ubah perhatiannya dari satu gosip ke gosip lain. Proses desain ini dilakukan dengan memodifikasi suatu uji yang disebut The n-back test. Pada tes ini partisipan diminta untuk mengingat gambar, abjad atau angka yang muncul pada selang waktu ke n yang telah lalu.
Desain latihan dual n-back dan reaksi impulsif responden
Dengan sanggup memvariasikan tingkat kesulitan yang mereka rancang, para peneliti ini berharap sanggup mengesampingkan peningkatan skor yang terjadi jawaban repetisi. Mereka berharap bahwa skor yang terukur merupakan hasil dari keputusan yang dibentuk secara impulsif oleh partisipan. Para peneliti telah usang memperdebatkan apakah latihan otak benar-benar sanggup meningkatkan kecerdasan atau hanya membiasakan otak untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu. Misalnya, dalam kompetisi dimana penerima diminta untuk menghafalkan 200 nama orang yang gres mereka kenal secara terurut. Mereka bisa untuk mengingat nama-nama ini alasannya otak mereka terbiasa untuk menghafal, tetapi bukan alasannya mereka menjadi lebih cerdasa. Modifikasi n-back test ini dipercaya bisa melatih banyak aspek dari kemampuan berfikir.Manfaat latihan dual n-back untuk meningkatkan skor intelegensia
Eksperimen yang dilakukan di JonidesLab menguji manfaat latihan ini pada 70 orang cukup umur muda. Para partisipan dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok melaksanakan latihan dual n-back selama satu, dua, tiga atau empat minggu. Dibentuk juga satu kelompok pelengkap yang tidak melaksanakan training dual n-back sama sekali. Tes paska perlakuan yang dilakukan menunjukkan bahwa skor kelompok yang tidak melaksanakan training dual n-back tetap. Keempat kelompok yang melaksanakan training duan n-back meningkat secara signifikan. Besar peningkatan skor yang terjadi proporsional dengan usang training yang diterima setiap kelompok. Semakin usang training yang diterima maka peningkatan skor yang terjadi semakin dramatis. Eksperimen lanjutan yang melibatkan kelompok cukup umur usia 65 tahun atau lebihpun menunjukkan hasil yang serupa.Eksperimen yang dilakukan terhadap bawah umur menujukkan variasi hasil yang lebih beragam. Untuk melaksanakan eksperimen ini latihan dual n-back dikonversi ke dalam bentuk game. Para partisipan yang rata-rata berusia sembilan tahun berlatih dengan game ini selama sebulan. Kelompok anak lain dilatih selama sebulan dengan memakai software knowledge trainer. Software ini bertujuan untuk memperkenalkan fakta-fakta umum dan kosa kata.
Tidak seluruh anak yang melaksanakan latihan dual n-back berhasil meningkatkan skor intelegensianya. Sebagian menunjukkan minat yang rendah bahkan merasa putus asa ketika tingkat kesulitan dinaikkan. Akan tetapi anak yang berhasil meraih skor tinggi pada game ini juga menunjukkan peningkatan skor intelegensia yang tinggi. Bahkan tiga bulan sesudah training ini usai, bawah umur ini bisa mempertahankan sebagian besar peningkatan fluid intelligence yang mereka peroleh. Sementara, kelompok anak yang dilatih dengan memakai software knowledge trainer tidak mencicipi manfaat yang serupa.
Pengkondisian Mental
Para peneliti menyimpulkan bahwa n-back training berdampak mengurangi renspons impulsif yang muncul alasannya impuls yang bersifat rutin. Sebagai contoh, bawah umur yang dilibatkan dalam eksperimen di JonidesLab ini telah dites terlebih dahulu sebelum mengikuti pelatihan. Dalam tes ini mereka ditujukkan serangkaian abjad secara acak. Mereka harus menjawab "ya" setiap kali meliht abjad yang bukan abjad X. Karena 90 persen abjad yang ditampilkan bukan abjad X, maka bawah umur terbiasa untuk secara cepat menjawab "ya" (walaupun kadang kala yang ditampilkan yakni abjad X). Setelah mengikuti latihan n-back, respons yang diberikan bawah umur ini dalam tes yang serupa lebih lambat, akan tetapi tingkat kesalahannya menjadi berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa latihan n-back sanggup meningkatkan kewaspadaan insan dalam menciptakan keputusan.
Dengan memakai Magnetic Resonance Imaging (MRI) tim peneliti ini juga berupaya untuk mengidentifikasi apakah imbas latihan n-back terhadap kerja otak. Hasil MRI menunjukkan aktifitas yang tinggi di bab prefrontal dan parietal cortex, dibelakang frontal cortex, pada hari-hari awal eksperimen. Pola ini umum ditemui ketika otak tengah memakai banyak working memory. Akan tetapi sesudah menjalani latihan selama seminggu, aktifitas di tempat ini berkurang, padahal performa partisipan dalam latihan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa latihan ini sanggup meningkatkan efisiensi kerja otak, sama halnya ibarat mesin kendaraan beroda empat yang tidak membutuhkan lagi banyak daya sesudah berjalan dengan perseneling yang tinggi. Selain itu, hasil MRI juga menunjukkan bahwa, sesudah melaksanakan latihan, aliran darah di otak meningkat ketika otak sedang beristirahat. Aliran darah yang lebih banyak ini menunjukkan ondisi otak yang lebih fit dan lebih siap untuk mendapatkan kiprah selanjutnya. Pola-pola MRI ini dianggap sanggup menjelaskan mengapa latihan n-back sanggup meningkatkan working memory dan skor intelegensia seseorang. Hal ini juga dianggap sanggup menjelaskan mengapa manfaat yang diperoleh sanggup bertahan untuk jangka waktu yang cukup usang sesudah eksperimen selesai.
Tentu saja imbas yang diperoleh dari latihan ini dan manfaat yang diperoleh partisipan dari training ini bervariasi dan masih harus dieksplorasi. Sebagai pola bagaimana tingkat intelegensia awal dan kebiasaan mencar ilmu para partisipan sebelumnya, sanggup mensugesti imbas yang diperoleh melalui latihan n-back. Selain itu, perlu diteliti bagaimana motivasi yang ditunjukkan oleh partisipan selama melaksanakan latihan n-back sanggup mensugesti peningkatan skor yang mereka peroleh.
Selain penelitian-penelitian kognitif ini, para peneliti juga tengah berupaya untuk mempelajari imbas umum dari eksperimen mereka. Misalnya bagaimana peningkatan skor yang diperoleh selama latihan n-back sanggup kuat terhadap prestasi akademis dan performa insan dalam menjalankan kiprah sehari-hari. Mereka juga tengah berupaya untuk mengkontekstualkan eksperimen mereka dalam setting pendidikan. Mereka berharap bahawa peningkatan skor intelegensia yang diperoleh dari latihan ini sanggup menciptakan insan menjadi lebih pandai, lebih sehat dan lebih bahagia.
Tentu saja imbas yang diperoleh dari latihan ini dan manfaat yang diperoleh partisipan dari training ini bervariasi dan masih harus dieksplorasi. Sebagai pola bagaimana tingkat intelegensia awal dan kebiasaan mencar ilmu para partisipan sebelumnya, sanggup mensugesti imbas yang diperoleh melalui latihan n-back. Selain itu, perlu diteliti bagaimana motivasi yang ditunjukkan oleh partisipan selama melaksanakan latihan n-back sanggup mensugesti peningkatan skor yang mereka peroleh.
Selain penelitian-penelitian kognitif ini, para peneliti juga tengah berupaya untuk mempelajari imbas umum dari eksperimen mereka. Misalnya bagaimana peningkatan skor yang diperoleh selama latihan n-back sanggup kuat terhadap prestasi akademis dan performa insan dalam menjalankan kiprah sehari-hari. Mereka juga tengah berupaya untuk mengkontekstualkan eksperimen mereka dalam setting pendidikan. Mereka berharap bahawa peningkatan skor intelegensia yang diperoleh dari latihan ini sanggup menciptakan insan menjadi lebih pandai, lebih sehat dan lebih bahagia.
Daftar Pustaka
- Basak, C.; Boot, W. R.; Voss, M. W. and Kramer, A. F. (2008) Can Training in a Real-Time Strategy Video Game Attenuate Cognitive Decline in Older Adults? . Psychology of Aging, Vol. 23, No. 4, pages 765–777
- Jaeggi, S.M.; Buschkuehl, M; Jonides, J; and Perrig, W.J (2008) Improving Fluid Intelligence with Training on Working Memory. Proceedings of the National Academy of Sciences USA, Vol. 105, No. 19, pages 6829–6833
- Jaeggi, S.M.; Buschkuehl, M; Jonides, J. and Shah, P. (2011) Short- and Long-Term Benefits of Cognitive Training. Proceedings of the National Academy of Sciences USA, Vol. 108, No. 25, pages 10,081 –10,086.
- JONIDES, J., JAEGGI, S. M., BUSCHKUEHL, M. & SHAH, P. 2012. Building Better Brains. Scientific American.
- Klingberg, T.; Fernell, E.; Olesen, P.J; Johnson, M.; Gustafsson, P.; Dahlström, K.; Gillberg, C.G.; Forssberg, H. and Westerberg, H. (2005) Computerized Training of Working Memory in Children with ADHD—A Randomized, Controlled Trial. Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, Vol. 44, No. 2, pages 177–186
- Mackey, A.P.; Hill, S.S.; Stone, S.I. and Bunge, S.A. (2011) Differential Effects of Reasoning and Speed Training in Children. Developmental Science, Vol. 14, No. 3, pages 582–590
- Moreno, S. Bialystok, E.; Barac, R.; Schellenberg, E.G. Cepeda, N.J. and Chau, T. (2011) Short-Term Music Training Enhances Verbal Intelligence and Executive Function. Psychological Science, Vol. 22, No. 11, pages 1425–1433
0 Response to "Bagaimana Cara Meningkatkan Kemampuan Berfikir Otak?"
Post a Comment