-->

Strategi Berguru Apa Yang Secara Ilmiah Teruji Berhasil?; Dan Taktik Apa Yang Hanya Membuang Waktu?

centered-learning-education-project
Author:Roman Woronowycz.
Lisensi gambar: Public Domain
Artikel ini mendiskusikan perbandingan manfaat antar  berbagai taktik berguru menurut bukti-bukti empiris yang ada. Mengetahui manfaat dan kelemahan banyak sekali taktik berguru amat penting bagi para pendidik, orang bau tanah dan siswa untuk membantu siswa menyerap pengetahuan dengan lebih cepat, memperoleh pemahaman yang kemprehensif dan mempertahankannya dalam ingatan selama bertahun-tahun, bukan ketika ujian semata.

Selama lebih dari seratus tahun banyak sekali taktik belajar, ibarat rereading (membaca berulang-ulang), summarizing (meringkas), dan self-testing (latihan soal), telah didesain dan dievaluasi manfaatnya. Beberapa diantara taktik ini terbukti meningatkan nilai akademis siswa, sementara yang lain ternyata tidak efisien dan menghabiskan waktu. Sayangnya hanya sedikit hasil penelitian ini yang pada balasannya dimanfaatkan dalam proses berguru dan mengajar di kelas. Secara global, lebih banyak didominasi guru tidak mengetahu taktik berguru yang terbukti keuntungannya secara eksperimental sebaliknya, para siswa tidak dilatih untuk memanfaatkannya. Data empiris bahkan memperlihatkan bahwa, secara gobal strategi-strategi berguru yang tidak efektif yakni taktik terkenal di kalangan siswa. Yang lebih berbahaya, hasil penelitian memperlihatkan bahwa salah satu dari taktik terkenal ini justru sanggup menurunkan prestasi belajar.

Kemungkinan, contoh global ini salah satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah penelitian pada bidang ini. Akibatnya, guru dan siswa kesulitan mengidentifikasi hasil penelitian mana yang memberikan taktik berguru paling efektif dan praktis. Untuk menjawab tantangan ini, para peneliti telah mengikhtisarkan dan membandingkan hasil dari sekitar 700 penelitian mengenai taktik belajar.

Terdapat beberapa kriteria yang dipergunakan para peneliti untuk menilai kegunaan suatu strategi. Pertama, taktik berguru dianggap unggul kalau sanggup dipergunakan dalam banyak sekali kondisi belajar, baik untuk berguru sanggup berdiri diatas kaki sendiri maupun berkelompok. Kedua, taktik yang unggul harus sanggup dimanfaatkan oleh banyak sekali kalangan dengan latar belakang usia dan pengetahuan yang bervariasi. Ketiga, manfaat-manfaat taktik berguru ini harus telah teruji dalam eksperimen di kelas atau di dunia nyata. Keempat, taktik berguru dianggap unggul kalau sanggup dipergunakan untuk mempelajari banyak sekali macam subjek dan sanggup memperlihatkan peningkatan skor ketika diuji dengan tes yang valid untuk subjek tersebut (misalnya TOEFL atau IELTS untuk mata pelajaran bahasa inggris). Kelima, manfaat yang diperoleh dari sebuah taktik berguru harus sanggup bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Dengan kriteria-kriteria ini, diidentifikasi dua taktik berguru yang dianggap unggul. Manfat kedua taktik ini telah teruji secara kokoh (robust) dan relevan dalam banyak sekali situasi. Selain kedua taktik tersebut, diidentifikasi pula tiga taktik yang sanggup dianjurkan, bilamana kedua taktik unggul tadi tidak memungkinkan. Diidentifikasi pula tiga taktik terkenal yang perlu dihindari oleh siswa. Ketiga taktik ini tidak dianjurkan lantaran keuntungannya hanya berlaku pada kondisi-kondisi tertentu, atau lantaran tidak terdapat cukup bukti akan peningkatan prestasi akademis yang diperoleh dengan strategi-strategi ini. Para peneliti juga berharap adanya upaya-upaya lebih lanjut untuk menguji strategi-strategi lain yang belum mereka cakup dalam perbandingan ini. Mereka juga berharap supaya guru dan siswa sanggup menghindari penggunaan strategi-strategi yang belum teruji secara ilmiah.

Strategi-strategi berguru yang unggul

Self-testing : latihan soal

Terdapat beberapa metode yang sanggup dilakukan dalam self-testing misalnya, mengerjakan latihan soal dari buku pelajaran. Tehnik lain contohnya menciptakan sendiri pertanyaan dalam bentuk kartu. Kartu-kartu ini lalu diacak dan siswa berusaha menjawab pertanyaan pada kartu yang terambil. Metode ini sesungguhnya kurang digemari oleh para siswa, akan tetapi ratusan eksperimen memperlihatkan bahwa metode ini sanggup meningkatkan jumlah materi yang dikuasai dan lamanya suatu materi bertahan dalam memori.

Dalam salah satu eksperimen, sejumlah siswa diberi serangkaian padanan kata Swahili-Inggirs. Kelompok pertama menghafal padanan kata ini dengan membaca berulang-ulang sementara, kelompok kedua menghafalkan dengan melaksanakan self testing. Hasil eksperimen ini memperlihatkan bahwa kelompok kedua sanggup mengingat 80% dari padanan kata yang diberikan, sementara kelompok pertama hanya sanggup mengingat 36%. Salah satu teori yang telah diterima menyatakan bahwa self testing sanggup mengaktivasi long term memory sehingga di dalam mental terbentuk banyak lajur untuk mengakses gosip yang dibutuhkan. Strategi ini lebih efektif apabila sering dilakukan dan ketika partisipan mendapatkan feedback jawaban yang benar.

Eksperimen memperlihatkan bahwa manfaat self testing muncul pada banyak sekali kelompok usia, sejak pra sekolah, mahasiswa, hingga paruh baya. Self testing juga bermanfaat untuk menguasai banyak sekali gosip faktual, dari kosa kata bahasa gila hingga anatomi tumbuhan. Self testing bahkan sanggup meningkatkan memori pada partisipan yang menderita Alzheimer.

Tehnik ini juga tetap bermanfaat walaupun format dalam latihan berbeda dengan format ujian sebenarnya. Misalnya, dalam latihan dipergunakan pilihan berganda akan tetapi format ujiannya yakni essay. Self testing sanggup dilakukan sendiri, tanpa keahlian khusus dan dengan banyak sekali media, contohnya secara tertulis, memakai kartu, tebak-tebakan (quiz) atau memakai komputer. Terdapat juga tehnik khusus untuk membantu melaksanakan self testing yang disebut Cornell note taking system. Secara umum, dampak yang diperoleh dari self testing sanggup bertahan dalam hitungan bulan bahkan tahun.

Ilustrasi, bagaimana menciptakan catatan dengan Cornell Note taking system, dan mempergunakan catatan ini untuk melaksanakan self testing 

Distributed practice : Mencicil     

Sistem kebut semalam yaitu berupaya menyerap seluruh materi sehari sebelum ujian merupakan taktik terkenal dikalangan siswa dan mahasiswa. Strategi ini tdak efektif lantaran besarnya beban kerja otak. Eksperimen klasik memperlihatkan bahwa berguru dengan mencicil sanggup memperlihatkan hasil yang lebih memuaskan. Dalam eksperimen ini sejumlah siswa diberi daftar padanan kata Inggris-Spanyol yang dibagi dalam enam sub bab. Kelompok siswa pertama menghafalkan keenam sub belahan ini selama sehari penuh, kelompok kedua menghafal dalam 6 sesi (1 sub belahan tiap sesi) dengan jarak antar sesi satu hari, kelompok ketiga juga menghafal dalam 6 sesi, akan tetapi jarak antar sesinya yakni 30 hari. Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa tingkat keberhasilan paling tinggi diperoleh para dari siswa kelompok ketiga. Perbandingan antar 254 penelitian dengan lebih dari 14000 partisipan memperlihatkan bahwa partisipan yang berguru dengan mencicil secara rata-rata sanggup mengingat 47% materi yang diberikan, sementara yang tidak hanya bisa mengingat 37%.

Berbagai eksperimen memperlihatkan bahwa manfaat taktik ini sanggup dirasakan oleh belum dewasa (semenjak usia 3 tahun), mahasiswa, bahkan kelompok usia lanjut. Strategi ini juga sanggup dipergunakan untuk menguasai banyak sekali materi ibarat kosa kata, makna kata, matematika, keterampilan musik bahkan pembedahan.

Untuk menerapkan taktik ini siswa perlu membagi sendiri topik-topik dalam buku teks, supaya beban pada setiap sesi kira-kira sama. Interval antar sesi berguru akan sangat memilih keberhasilan taktik ini. Satu eksperimen memperlihatkan bahwa performa tertinggi taktik ini diperoleh ketika interval antar sesi bernilai 10-20% dari selang waktu suatu materi perlu diingat. Misalnya kalau kita akan ujian 5 hari lagi, maka jarak antar sesi berguru yang sempurna yakni 0,5 - 1 hari. Beberapa pakar beropini bahwa selang waktu yang panjang ideal untuk mempertahankan konsep-konsep dasar yang mendasari konsep-konsep selanjutnya.

Strategi-strategi berguru yang sanggup disarankan

Manfaat strategi-strategi berguru berikut ini belum diuji secara luas, terutama dengan memakai eksperimen di dunia nyata. Akan tetapi, hasil studi-studi terbatas memperlihatkan bahwa strategi-strategi ini berpotensi meningkatkan hasil berguru siswa.

Elaborative interrogation

Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa mengeksplorasi penyebab mengapa suatu hal terjadi (why question) sanggup memfasilitasi proses belajar. Dalam taktik ini partisipan berupaya mengeksplorasi klarifikasi bagi setiap fakta yang ia temukan. Misalnya mengapa suatu hal terjadi, atau mengapa suatu bencana masuk akal. Pertanyaan ini dijawab menurut pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Jawaban pertanyaan elaborative ini tidak harus benar secara empirik, yang penting siswa sanggup menghubungkan pengetahuan sebelumnya untuk menyerap fakta baru.

Ilustrasi elaborative interrogation, disesuaikan dari McDaniel & Donnelly (1996). Sumber gambar : http://pixabay.com/en/job-interview-colleagues-business-437026/; Author: Ibrahim Adabara ; Lisensi Gambar: CC0 Public Domain 

Satu eksperimen memperlihatkan bahwa kelompok yang memakai taktik ini sanggup mengingat 72% fakta yang diberikan, sementara kelompok yang sekedar membaca hanya bisa mengingat 37%. Strategi ini dinilai cukup praktis, hanya membutuhkan sedikit latihan dan waktu yang singkat. Dalam salah satu eksperimen, kelompok yang memakai taktik ini hanya membutuhkan waktu 32 menit sementara kelompok yang melaksanakan rereading membutuhkan waktu 28 menit.

Sayangnya, taktik ini hanya sanggup dilakukan ketika partisipan telah mempunyai pengetahuan mengenai topik yang dibahas. Manfaat taktik ini meningkat sebanding dengan jumlah gosip terdahulu yang telah dimiliki. Misalnya, mahasiswa Jerman akan lebih gampang menerapkan taktik ini untuk mempelajari fakta-fakta mengenai banyak sekali wilayah di Jerman, dibandingkan ketika membahas fakta-fakta serupa di Kanada. Ini dikarenakan pengetahuan sebelumnya amat penting bagi partisipan untuk menghasilkan klarifikasi logis mengenai kebenaran suatu fakta.

Manfaat taktik ini muncul pada banyak sekali kelompok usia, dari mulai siswa kelas empat hingga dengan mahasiswa tingkat akhir. Walaupun taktik ini sanggup meningkatkan kemampuan mengingat, belum teruji apakah partisipan sanggup memperoleh pemahaman yang komprehensif. Indikasi mengenai berapa usang suatu fakta sanggup diingat juga belum jelas.

Self-explanation   

Pada taktik ini siswa dituntut untuk menjelaskan sendiri apa yang telah dipelajarinya. Menjawab pertanyaan mengenai gosip apa yang telah ia peroleh, dan menjelaskan kekerabatan antara gosip gres ini dengan gosip sebelumnya. Strategi ini juga diindikasikan sanggup membantu siswa untuk menyerap gosip gres dan memadukannya dengan pengetahuan sebelumnya.

Ilustrasi proses self explanation, disesuaikan dari Hodds et.al (2014). Sumber gambar: http://www.wpclipart.com/education/teacher/teaching_large.png.html, lisensi gambar: Public Domain

Manfaat dari taktik ini diamati pada partisipan dengan banyak sekali usia, dari siswa taman kanak-kanak hingga mahasiswa. Strategi ini sanggup meningkatkan kemampuan memecahkan permasalahan matematika dan logika, memahami teks naratif dan bermain catur. Pada anak usia dini, taktik ini sanggup membantu mempelajari bilangan atau pola. Selain sanggup meningkatkan memori, taktik ini juga sanggup membentuk pemahaman yang komprehensif dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Sayangnya belum banyak penelitian yang mengukur berapa usang pemahaman partisipan bertahan dalam memori, dan apa dampak pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya terhadap hasil taktik ini.

Belum terang apakah taktik ini simpel untuk dipergunakan. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa partisipan sanggup memakai taktik ini dengan sedikit latihan, akan tetapi penelitian lain memperlihatkan bahwa taktik ini memakan banyak waktu. Beberapa penelitian juga mengindikasikan bahwa tanpa instrusksi yang sempurna partisipan cenderung menceritakan ulang gosip yang diperoleh, bukan berupaya menjelaskannya.

Interleaved practice

Dalam belajar, siswa cenderung menghafalkan tipe permasalahan satu per satu. Penelitian mutakhir memperlihatkan bahwa mengkombinasikan banyak sekali gosip dan tipe permasalahan sekaligus, berdampak positif terhadap hasil belajar. Dalam salah satu eksperimen, siswa diminta untuk mempelajari proses menghitung volume dari empat berdiri ruang berbeda. Satu kelompok diminta untuk mempelajari proses perhitungan volume tiap berdiri secara terpisah. Pada kelompok kedua keempat problem ini dipadukan. Ketika diuji seminggu kemudian, kelompok kedua sanggup menuntaskan problem yang diberikan 43% lebih akurat. Interleaved practice mendorong siswa untuk menyeleksi metode yang sesuai dan membandingkan banyak sekali tipe problem.

Untuk melaksanakan taktik ini siswa biasanya diperkenalkan dan dilatih terlebih dahulu pada salah satu problem. Begitu problem kedua diperkenalkan, pembahasan problem ini dipadukan dengan problem yang sebelumnya telah dipelajari

Ilustrasi Interleaved Practice, disesuaikan dari Rohrer et.al (2014). Sumber gambar: http://pixabay.com/en/moe-woman-girl-manga-anime-cartoon-595959/; Author: Ryo Taka; Lisensi Gambar: CC0 Public Domain 
Strategi ini cocok untuk mempelajari tipe-tipe permasalahan yang mirip, sehingga mungkin untuk melaksanakan perbandingan. Sebagian andal beropini bahwa manfaat taktik ini hanya sanggup dirasakan oleh mereka yang memang mempunyai kemampuan berfikir yang baik. Hasil eksperimen yang diperoleh juga bervariasi bergantung pada materi yang dipergunakan. Strategi ini berdampak positif untuk mempelajari aljabar dan keterampilan simpel ibarat dalam dunia medis. Akan tetapi, belum terbukti efektif untuk mempelajari kosa kata atau bahasa asing. Sayangnya lagi, memadukan pembahasan topik gres dengan bahasan sebelumnya sering membutuhkan waktu lebih lama.
      

Strategi-strategi berguru yang perlu dihindari

Strategi-strategi berguru berikut ini perlu dihindari oleh siswa lantaran tidak efektif, tidak efisien, hanya bermanfaat pada kasus-kasus tertentu dan tidak sanggup mempertahankan gosip dalam jangka waktu yang lama.

Highlighting dan Summarizing : Menggaris bawahi dan meringkas

Menggaris bawahi sering dipergunakan untuk meringkas materi, dengan keinginan gosip menjadi lebih gampang diserap. Strategi ini sederhana dan gampang dilakukan, akan tetapi hasil eksperimen pada anggota angkatan udara Amerika, belum dewasa dan mahasiswa memperlihatkan bahwa taktik ini tidak efektif. Beberapa hasil studi malah memperlihatkan bahwa taktik ini sanggup menurunkan capaian belajar. Tidak efektifnya taktik ini tidak bergantung pada materi yang dipelajari maupun panjang pendeknya teks. Stretegi ini diduga mendorong siswa untuk menghafalkan setiap poin secara individual tanpa berupaya menciptakan kekerabatan antar informasi. Hal ini mengakibatkan pemahaman materi hanya tersimpan sebentar dalam memori.

Walaupun demikian, pada awal proses berguru taktik ini sanggup dipergunakan untuk menandai topik-topik penting pada buku teks. Bagian-bagian ini lalu sanggup dikonversi dengan memakai Cornell note taking system, yang telah disinggung sebelumnya. Catatan ini selanjutnya sanggup dipergunakan untuk melaksanakan self testing yang terbukti lebih bermanfaat.

Strategi lain yang serupa dengan highlighting yakni summarizing. Perbedaannya dalam summarizing siswa menuliskan kembali poin-poin penting dari buku teks. Berbeda dengan Cornell note taking system, tidak terdapat struktur bagaimana suatu perlu diringkas. Banyaknya variasi ini menciptakan mamfaat taktik ini sulit diuji lewat eksperimen supaya sanggup dibuktikan.

Rereading : Membaca berulang-ulang

Di dunia, ini merupakan taktik yang paling terkenal dikalangan mahasiswa (+/- 84%). Strategi ini dianggap setidaknya bisa membantu mengisi otak, tidak membutuhkan waktu yang usang dan tidak membutuhkan keterampilan apa-apa. Sayangnya, jumlah penelitian yang mengeksplorasi manfaat rereading sangat terbatas. Juga belum terdapat cukup bukti bahwa rereading sanggup membantu membentuk pemahaman yang komprehensif. Beberapa studi mengindikasikan bahwa pertambahan gosip yang diserap memori paling besar terjadi ketika seseorang membaca materi untuk kedua kalinya, sementara dampak pengulangan selanjutnya sangat kecil.

Karena dalam banyak sekali eksperimen performa taktik ini kalah dengan strategi-strategi lain, maka sebaiknya taktik ini dihindari. Kalaupun ingin melakukannya, disarankan tidak membaca topik yang sama lebih dari dua kali.

Pelajaran yang dipetik

Rangkuman dari para peneliti ini memperlihatkan bahwa selain materi yang perlu diajarkan, pemilihan taktik berguru yang sempurna juga perlu diperhatikan dalam pendidikan. Mengetahui taktik yang efektif sanggup membantu para pendidik, orang bau tanah dan siswa untuk merencanakan dan melaksanakan proses belajar. Dengan taktik yang sempurna siswa sanggup memperoleh pemahaman yang komprehensif dan bisa mempertahankannya lebih usang dalam memori. Selain meningkatkan prestasi akademis, hal ini sanggup membentuk kecakapan dan keterampilan lulusan baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sehari-hari.

Rangkuman ini juga mengindikasikan celah-celah yang masih perlu dikaji oleh para pakar pendidikan khususnya di Indonesia. Pertama apakah hasil-hasil studi dari negara barat ini sensitif terhadap kondisi kultural? Kedua, pada tingkat pendidikan apa setiap taktik paling cocok untuk mulai diterapkan? Ketiga, taktik apa yang paling cocok untuk diterapkan pada setiap mata pelajaran? Keempat dan yang paling menarik bagi saya eksklusif yakni apa imbas dari kombinasi beberapa strategi. Misalnya, apakah self testing dilakukan dengan distributed practice dampaknya lebih besar dibandingkan dengan self testing yang dilakukan sehari sebelum ujian. Contoh lain, apakah terlebih dahulu melaksanakan highlighting pada buku teks sanggup meningkatkan kualitas Cornell notes yang dibentuk siswa?

Saya berharap menyebarnya gosip ini dan terisinya celah-celah di atas sanggup membantu mewujudkan generasi penerus bangsa yang lebih cemerlang, cakap dan terampil.
          

Daftar Pustaka

  • Carpenter, S. K., Cepeda, N. J., Rohrer, D., Kang, S. H., & Pashler, H. (2012). Using spacing to enhance diverse forms of learning: Review of recent research and implications for instruction. Educational Psychology Review, 24(3), 369-378.
  • Dunlosky, John , Rawson, Katherine A., Marsh, Elizabeth J., Nathan, Mitchell J. , & Willingham, Daniel T. (2013). What Works, What Doesn't. Scientific American Mind, 47-53.
  • Hodds, M., Alcock, L., & Inglis, M. (2014). Self-explanation pembinaan improves proof comprehension. Journal for Research in Mathematics Education45(1), 62-101.
  • McDaniel, M. A., & Donnelly, C. M. (1996). Learning with analogy and elaborative interrogation. Journal of Educational Psychology, 88(3), 508.
  • Rawson, K. A., & Dunlosky, J. (2012). When is practice testing most effective for improving the durability and efficiency of student learning?. Educational Psychology Review, 24(3), 419-435.
  • Roediger, Putnam & Smith (2011) Ten Benefits of Testing and Their Applications to Educational Practice. Psychology of Learning and Motivation, Vol.55: Cognition in Education.
  • Rohrer (2012) Interleaving Helps Students Distinguish among Similar Concepts. Educational Psychology Review, Vol. 24, No. 3, pages 355–367
  • Rohrer, D., Dedrick, R. F., & Burgess, K. (2014). The benefit of interleaved mathematics practice is not limited to superficially similar kinds of problems. Psychonomic bulletin & review, 21(5), 1323-1330            

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Strategi Berguru Apa Yang Secara Ilmiah Teruji Berhasil?; Dan Taktik Apa Yang Hanya Membuang Waktu?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel