Ki Hadjar Dewantara dan Kodrat Perempuan
Ki Hadjar Dewantara dan Kodrat Perempuan
Ngelmu. Ketika Ki Hajar Dewantara bicara perihal perempuan dalam artikel yang diterbitkan oleh “Warsita”, maka cakrawala kita mengenai perempuan akan terbuka. Ki Hadjar menulis beberapa artikel mengenai perempuan untuk membukakan pandangan masyarakat mengenai hakikat perempuan. Salah satu artikel yang membahas mengenai perempuan ialah artikel ini yang diberi judul “kodrat perempuan”. Artikel ini ditulis pada tahun 1928, namun isinya masih cukup relevan dengan kondisi hari ini, dimana feminisme masih gencar disuarakan.Design By Adna Majid at Deviantart.com |
“Kodrat Perempuan”
Soal perempuan ituulah soal penting. Di seluruh dunia, pada zaman purbakala sampai kini, tiadalah satu perkara yang lebih besar lengan berkuasa atas hidup dan penghidupan insan di dunia perihal perempuan. Dalam agama, ilmu adab, dan pengetahuan, dalam ilmu kitab, dalam babad, dan ceritera, baik di dunia Barat, maupun di dunia Timur, sungguhlah hidup perempuan itu senantiasa menjadi buah tuturnya pihak budiman, gunawan, dan sastrawan.
Sebenarnya hidup perempuan itu semata-mata mengandung lambang kesempurnaan hidup insan di dunia. Dalam hidup perempuanlah kita lihat segala tanda-tanda dan petunjuk atas wajib kita insan hidup selaku makhluk Allah di dunia. Dalam hidup perempuan dapatlah kita insafi firman Allah atas hidup kita.
Sebaliknya haruslah juga diketahui, bahwa hidup perempuan itu, barangkali karena mengandung titah Allah yang suci, seringkali mengakibatkan rintangan dan ancaman dalam hidup kita, yang faktual sekali bersifat perbuatan setan. Memang benarlah: di mana ada kesucian, disitulah iblis terdapat
Berhubung dengan rintangan dan kesukaran, terbawa oleh pikiran dan hawa nafsu orang yang buruk dan jahat dan menurut agama disebutkan perbuatan iblis tadi, maka seringkali hidup perempuan itu tidak saja menjadi pohon kesucian dan keselamatan. tetapi juga acapkali seakan-akan menjadi telaga kehinaan dan kesengsaraan.
Maka dari itu, hidup perempuan yang banyak dan berjenis-jenis bagiannya, sungguhlah bukan perkara yang mudah, tetapi ialah soal yang amat sukarnya dan harus dipikirkan dan dirasakan yang matang dan sempurna, karena boleh jadi sedikit kesalahan akan dapat mengakibatkan neraka dunia.
Sebaliknya perihal hal itu orang harus menilik pengajaran agama. Tentulah dalam agama kita akan menerima syarat-syarat yang perlu dan berfaedah untuk mengetahui soal perempuan. Akan tetapi oleh karena agama itu hanya mengambarkan pokok dan asalnya ilmu Tuhan, maka perlulah sekali orang masih mempergunakan rasa pikirannya sendiri. Ingatlah, Allah memberi rasa pikiran pada kita insan itu dengan maksud memerdekakan hidup kita untuk memikirkan dan mencicipi segala hal dan kejadian berhubung dengan keadaannya di kanan kiri kita sendiri-sendiri. Inilah harus senantiasa diingat.
Tentang soal perempuan, maka yang terpenting dan sama sekali tak boleh kita lupakan atau kita pungkiri ialah “kodratnya” perempuan. Inilah keadaan yang nyata, yang hak dan yang bahwasanya harus menjadi penunjuk jalan untuk sekalian orang, yang wajib memikirkan soal perempuan.
Pada zaman sekarang orang perempuan di dunia Barat sedang asyik dan gemar bergerak dan berusaha untuk menerima rupa-rupa hak persamaan dengan orang laki-laki. Sungguhpun harapan yang dikejar oleh kaum perempuan Eropa itu boleh dikatakan hak atau semestinya, akan tetapi pergerakan untuk menerima persamaan itu lama kelamaan mengakibatkan keaadaan-keadaan yang tidak cocok dengan kodratnya perempuan. Lambat laun perempuan Eropa itu tidak hanya minta “persamaan hak” saja, akan tetapi mencari persamaan perihal segala hal. Gemarnya pada persamaan itu masuk ke dalam tabiat dan jiwanya. Persamaan hak tidak lagi memuaskan kemurkaannya; mereka minta persamaan dalam hal berpakaian, dalam kesenangannya, hidupnya, pekerjaannya, dan demikian seterusnya.
Itulah gambarannya angan-angan perempuan Eropa pada zaman sekarang yang lupa akan kodratnya, Yang lupa, bahwa tubuh perempuan itu berbeda sekali dengan tubuh orang laki-laki, karena perbedaan itu berhubung dengan kodrat perempuan yaitu kewajibannya akan menjadi ibu, akan mengandung anak, melahirkan anak dan lain-lain.
Berhubung dengan kewajiban-kewajiban yang tak akan dapat dipungkiri tersebut, maka nyatalah sekali, bahwa persamaan hak antara laki-laki dan perempuan itu belumlah mengandung arti bahwa orang perempuan boleh menjalankan tingkah laku orang laki-laki. Seringkali perempuan tak dapat memalsukan perbuatan dan pekerjaan laki-laki, karena bukan kodratnya. Dan jikalau mereka dapat melaksanakan tenaga laki-laki, boleh jadi akan berbahaya bagi kesehatan tubuhnya.
Teranglah di sini bahwa perihal tingkah laku, perihal perbuatan dan pekerjaan, tidak seharusnyalah ada persamaan hak antara laki-laki dan perempuan itu belumlah mengandung arti bahwa orang perempuan boleh menjalankan tingkah laku orang laki-laki. Seringkali perempuan tak dapat memalsukan perbuatan dan pekerjaan laki-laki, karena bukan kodratnya. Dan mereka dapat melaksanakan tenaga laki-laki, boleh jadi akan berbahaya untuk kesehatan tubuhnya.
Teranglah disini bahwa perihal tingkah laku, perihal perbuatan dan pekerjaan, tidak seharusnyalah ada persamaan antara perempuan dan laki-laki. Maka dari itu sport perempuan harus berbeda dengan sport laki-laki ; pekerjaan perempuan juga harus berbeda dengan pekerjaan laki-laki; cara hidup perempuan begitu juga; demikianlah seterusnya.
Lain dari pada yang tersebut di atas, yaitu berhubung dengan hidup perempuan pada lahirnya, maka perihal hidup batinnya juga tidak semestinya ada persamaan antara perempuan dan laki-laki. Orang perempuan yang ditakdirkan menjadi ibu, akan memelihara dan mendidik anak-anak, sudah barang tentu berbeda tabiatnya dengan orang laki-laki. Maka dari itu orang perempuan yang berangasan tabiatnya tidak laras dengan hidupnya sebagai ibu. Orang perempuan yang tidak suka berdekatan dengan anak-anak, boleh dibilang memungkiri kodratnya. Nyatalah juga pada kita, bahwa tabiat perempuan itu ada dan berbeda dengan tabiat laki-laki, karena perbedaana kodratnya sendiri-sendiri.
Setelah kita insaf akan perbedaan hidup perempuan dan hidup orang laki-laki, maka mudahlah kita mengerti akan sebab-sebabnya perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan, baik mengenai hal-hal lahir (pakaian, sport, tingkah laku, perbuatan, pekerjaan) maupun mengenai hal batin (rasa adab, cinta kasih, malu, kehalusan budi, kesucian, sopan, dan lain-lain).
Barangsiapa wajib memperhatikan keperluan perempuan, haruslah ia mengingat kodratnya perempuan, niscayalah ia akan segera mengerti sendiri, mana yang baik dan mana yang berbahaya. Janganlah tergesa-gesa memalsukan cara modern atau cara Eropa; janganlah juga terikat oleh rasa konservatif atau rasa sempit, tetapi cocokanlah segala-galanya dengan keadaan kodratnya.
Persamaan antara laki-laki dan perempuan yang hak dan harus berlaku, yaitu persamaan hak, persamaan derajat, dan persamaan harga bukan persamaan sifat hidup dan penghidupannya.
“Warsita” Desember 1928
Sumber:
Ki Hadjar Dewantara II. 2013. Ki Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa
Sumber http://www.eurekapendidikan.com
0 Response to "Ki Hadjar Dewantara dan Kodrat Perempuan"
Post a Comment