Pendekatan Pembelajaran : Problem Posing
Pendekatan Pembelajaran : Problem Posing
Pengertian Pendekatan Problem Posing
Terdapat beberapa jenis pendekatan student centered, salah satunya yaitu pendekatan problem posing. Problem posing adalah peran guru untuk mendesain kebutuhan penerima didik dalam membuat satu atau lebih dilema (Lin, 2004: 257). Dengan kata lain, suatu pendekatan pembelajaran disebut sebagai pendekatan problem posing jikalau melibatkan proses pembuatan dilema oleh penerima didik.
Silver (dalam Borba & Villarreal, 2005: 38) mengungkapkan bahwa problem posing mengarah pada dua hal, yaitu pembuatan dilema dan perumusan ulang dilema yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lavy & Shriki (2007: 129) yang menyatakan bahwa problem posing diartikan sebagai membuat dilema gres dan pertanyaan terarah pada ketika menyelidiki situasi yang diberikan maupun perumusan ulang dilema gres selama proses pemecahan terhadap dilema tersebut.
Yee (2009: 269) juga mengungkapkan bahwa kegiatan problem posing bisa mengubah persepsi penerima didik terhadap matematika sebagai acara satu tanggapan benar menjadi banyak kemungkinan jawaban. Hal ini didukung dengan pernyataan Fox & Surtees (2010: 50) yang mengungkapkan bahwa problem posing bisa menghilangkan asumsi atau anggapan bahwa hanya ada satu cara untuk menyelesaikan suatu dilema dan hanya ada satu tanggapan benar.
Pada sisi lain, Haji (2011: 58) menyatakan bahwa problem posing yaitu suatu pendekatan yang menekankan pada perumusan soal. Perumusan soal yang dimaksudkan yaitu perumusan soal oleh penerima didik atas bimbingan guru untuk menyelesaikan soal yang lebih sulit. Hal senada diungkapkan oleh Ghasempour, Bakar, & Jahanshahloo (2013: 53) yang menyatakan bahwa pada kegiatan problem posing penerima didik mengkonstruksi pertanyaan sebagai respon terhadap keadaan yang berbeda, situasi kehidupan sehari-hari, dilema matematika yang lain, atau guru.
Pendekatan problem posing memiliki tiga bentuk acara kognitif (Silver & Cai, 1996: 523), yaitu:
- Posing sebelum solusi, yaitu membuat dilema gres dari situasi stimulus yang disajikan
- Posing dalam solusi, yaitu merumuskan kembali suatu dilema yang sedang dipecahkan
- Posing setelah solusi, yaitu memodifikasi tujuan atau kondisi dari dilema yang sudah dipecahkan untuk membuat dilema baru.
Selain itu, pendekatan problem posing dapat digolongkan dalam bentuk tiga pengalaman (Pittalis, et al, 2004: 50-51), yaitu:
- Free-situation (situasi bebas), pada situasi ini penerima didik membuat soal tanpa ada ada batasan aturan dalam membuat soal.
- Semi-structured situation (situasi semi terstruktur), pada situasi ini penerima didik membuat soal yang sejenis dengan dilema yang diberikan guru atau penerima didik membuat soal berdasarkan atas gambar dan diagram yang diberikan guru.
- Structured problem-posing situation (situasi problem posing terstruktur), pada situasi ini penerima didik membuat soal dengan memformulasikan kembali soal yang telah diselesaikan atau dengan mengubah kondisi atau pertanyaan dari soal yang diberikan tersebut.
Langkah-langkah Pendekatan Problem Posing
Langkah-langkah pendekatan problem posing (Brown & Walter, 2005: 64), yaitu:
1. Choosing a starting point (memilih titik awal)
Guru menyajikan situasi tertentu kepada penerima didik. Situasi bisa berupa gambar, teorema, soal, dan lain sebagainya.
2. Listing attributes (mendaftar sifat-sifat)
Peserta didik diminta untuk mendaftar sifat-sifat yang dimiliki oleh situasi tersebut. Hal yang diperlukan pada tahap ini yaitu penerima didik mendaftar sebanyak mungkin sifat.
3. What-if-not-ing (pertanyaan “bagaimanakah jikalau tidak?”)
Guru meminta penerima didik untuk membuat pertanyaan mengenai sifat-sifat yang telah mereka daftar. Pertanyaan tersebut berupa ‘bagaimanakah yang terjadi jikalau tidak sifat tersebut?’. Pada langkah ini, penerima didik membuat daftar sifat lain yang merupakan tanggapan atas pertanyaan tersebut.
4. Question asking or problem posing (membuat pertanyaan atau problem posing)
Guru meminta penerima didik untuk membuat pertanyaan terkait tanggapan atas pertanyaan ‘bagaimanakah jikalau tidak?’. Tujuan langkah ini yaitu membuat sebanyak mungkin pertanyaan.
5. Analyzing the problem (menganalisis masalah)
Peserta didik diminta untuk menganalisis dilema kemudian mereka memecahkannya.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Problem Posing
Bonotto (2010: 402) mengungkapkan bahwa pendekatan problem posing memiliki beberapa kelebihan, antara lain: memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk mengeksplorasi kemampuan intelektualnya, bagi penerima didik yang berkemampuan biasa akan bisa membuat soal sesuai dengan kemampuannya, membiasakan penerima didik dalam merumuskan, menghadapi, dan menyelesaikan masalah, serta menyebarkan kemampuan metakognitif penerima didik.
Pada sisi lain Rahmad, Norhamidah, & Fakhruddin (2009: 40) mengungkapkan kelemahan pendekatan problem posing, antara lain: alokasi waktu yang kadang tidak bisa berjalan sesuai rencana dan kurang optimalnya langkah terakhir dalam pembelajaran, yaitu membuat kesimpulan berafiliasi dengan bahan yang telah dipelajari.
REFERENSI
Bonotto, C. (2010). Modeling students’ mathematical modeling competencies: Ictma 13. Dalam R. Lesh, et al (Eds.), Realistic Mathematical Modelling and Problem Posing (pp. 399-408). New York, NY: Springer Science+Business Media.
Borba, M. C. & Villarreal, M. E. (2005). Humans-with-media and the reorganization of mathematical thinking: Information and communication technologies, modeling, visualization and experimentation. New York, NY: Springer Science+Business Media, Inc.
Brown, S. I. & Walter, M. I. (2005). The art of problem posing (3rd ed.). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Fox, S. & Surtees, L. (2010). Mathematics across the curriculum: Problem-solving, reasoning and numeracy in primary schools. London: Continuum International Publishing Group.
Ghasempour, Z., Bakar, M. N., & Jahanshahloo, G. Z. (2013). Innovation in teaching and learning through problem posing tasks and metacognitive strategies [Versi electronik]. International Journal of Pedagogical Innovations, 1, 1, 56-62.
Haji, S. (2011). Pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Jurnal Kependidikan Triadik, 14, 1, 55-63.
Lavy, I. & Shriki, A. (2007). Problem posing as a means for developing mathematical knowledge of prospective teachers. Proocedings of the 31st Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 3, 129-136.
Lin, P. J. (2004). Supporting teachers on designing problem-posing tasks as a tool of assessment to understand students’ mathematical learning. Proceedings of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 3, 257-264.
Pittalis, M., et al. (2004). A structural model for problem posing. Proceedings of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 4, 49-56.
Rahmad, M., Normahidah, D., & Fakhruddin. (2009). Hasil berguru fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran problem posing di kelas x4 man 1 pekanbaru. Jurnal Geliga Sains, 3, 2, 34-41.
Silver, E. A. & Cai, J. (1996). An analysis of arithmetic problem posing by middle school students [Versi electronik]. Journal for Research in Mathematics Education, 27, 5, 521-539.
Yee, F. P. (2009). Mathematics education: The singapore journey. Dalam W. K. Yoong, et al (Eds.), Review of Research on Mathematical Problem Solving in Singapore (pp. 263-300). Hackensack, NJ: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Sumber http://www.eurekapendidikan.com
0 Response to "Pendekatan Pembelajaran : Problem Posing"
Post a Comment